Renungan Mata Iman

Memproses Duka Secara Sehat Dalam Diri Kita

Di masa pandemi yang berlangsung sejak 2020 hingga hari ini, mungkin kita sangat terpukul dengan derasnya kabar duka. Atau mungkin kita sendiri merasakan kedukaan, baik di masa pandemi maupun sebelum pandemi. Namun hal yang jauh lebih penting adalah memproses duka secara sehat dalam diri kita. Kenapa harus diproses?

  • Kedukaan dapat menyebabkan seseorang menjadi stress dan tidak produktif. Dampak kedukaan sangat besar karena perasaan sedih mendominasi pikiran.
  • Kedukaan dalam keluarga dapat menyebabkan risiko pasangan suami dan istri bercerai. Faktanya ada perceraian karena salah satu pihak masih dalam tahapan berduka dan pihak lainnya ingin segera melewati rasa duka tersebut.
  • Proses sedih akibat kedukaan sulit untuk dapat hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Harus diolah secara aktif agar proses kedukaan tersebut dapat dimaknai dengan baik.
  • Proses kedukaan sulit untuk dapat diselesaikan hanya dengan berdoa dan bersyukur. Ada aspek pendukung lainnya yang harus melengkapi dan terdapat fase yang perlu dilewati.

Dalam kelas pembinaan GKI Kelapa Cengkir, Vania Sharleen Setyono, M.Si selaku dosen Universitas Kristen Duta Wacana serta grief survivor menyampaikan pentingnya memahami dan memproses duka. Grief, merupakan respons kehilangan dan duka cita sebagai usaha untuk mengatasinya dan respons untuk belajar hidup dengan apa yang telah terjadi. Perjalanan grief tidak seperti anak tangga, melainkan seperti roller coaster, ada perasaan naik turun, teringat akan hal-hal terkait orang yang meninggal.

Secara teoritis akan terdapat fase yang perlu diproses dalam kedukaan, yaitu: denial, anger, depression, bargaining, acceptance. Tetapi jalan untuk proses kedukaan memiliki rute yang tidak beraturan, bukan anak tangga tetapi seperti roller coaster.

Lantas hal yang harus dilakukan ketika kita sedang dan masih merasakan rasa duka, kita perlu:

  1. Cari kelompok atau komunitas yang dapat mendukung kita, jangan cari orang-orang yang sekadar menghibur dengan kata-kata yang mengalihkan, “Udah jangan sedih. Dia udah di Sorga.” Proses berduka masih dapat terjadi setelah proses pemakaman bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Hanya orang yang pernah mengalami proses kedukaan yang dapat mendampingi dan memberikan empati. Kembalilah ke keluarga untuk dapat memproses kedukaan bersama-sama, sangat mungkin ada anggota keluarga yang menahan emosinya yang terpendam, maka sangat baik jika dapat dikelola.
  2. Carilah bantuan dari tenaga profesional, perasaan cemas adalah fase kedukaan yang kerap diabaikan. Banyak hal yang mungkin tidak kita pahami dalam kedukaan, termasuk ketakutan akan kehilangan orang-orang lain yang dikasihi. Tenaga profesional dapat membantu memberikan berbagai sudut pandang serta memberikan terapi yang membantu proses kedukaan kita.

Sangat mungkin proses duka akan membuat kita berbeda dengan karakter kita yang lama. Hal tersebut sangat wajar, karena duka merupakan proses yang terjadi secara alami dalam hidup. Namun dengan memproses kedukaan, kita akan memaknai grief sebagai bentuk cinta terbesar kepada orang yang kita kasihi di mana ia tidak ada secara ragawi tetapi masih ada secara roh dan jiwanya dalam hati kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?