Menjadi Sahabat bagi Mereka yang Ingin Mengakhiri Diri

Ditinggalkan oleh orang yang terkasih tentu meninggalkan rasa kehilangan, terlebih jika orang tersebut meninggal atas keputusan diri sendiri, yaitu bunuh diri. Fenomena bunuh diri dapat terjadi pada siapapun, mulai dari siswa SMA yang bunuh diri karena merasa terbeban akan tugas daring, bahkan seorang pastor, Jarrid Wilson, juga memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Mengutip penjelasan dari Michael Christian, psikolog dan pendiri dari Gading Counseling & Empowerment Center, fenomena bunuh diri ini perlu ditanggapi dengan serius. Setiap tahunnya terdapat 800.000 kasus bunuh diri di seluruh dunia, dan bunuh diri merupakan penyebab kedua terbesar dari kematian di usia 15-29 tahun. Tiga hal yang kerap menjadi pemicu ialah urusan putus cinta, frustasi ekonomi dan permasalahan di dunia pendidikan.

Bukannya permasalahan dalam hidup adalah hal yang lumrah? Memang benar, tetapi bagi sebagian orang, pikiran untuk mengakhiri dapat hadir karena individu tersebut didera masalah bertubi-tubi, dampak permasalahan terasa intens dan tidak ada kasih sayang yang dirasakan. Dengan rasa menderita tersebut, maka bunuh diri dianggap dapat mengatasi masalah dengan cepat.

Tentu Sobat Cengkir berharap agar kerabat dan para sahabat dapat menikmati hidup dan menyambut kematian dengan wajar, bukan melakukan tindakan bunuh diri. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memekakan diri akan tanda orang yang berpikir ingin melakukan tindakan bunuh diri. Perhatikan, apakah sering muncul pembicaraan tentang kematian? Seringkah timbul pertanyaan, “Buat apa saya hidup,” yang diutarakan dengan nada keputusasaan? Ata pernahkan ada ungkapan ingin bunuh diri terucap? Kita perlu berjaga-jaga jika ungkapan tersebut pernah bahkan sering diutarakan oleh orang di sekitar kita.

Kita pun juga perlu memekakan diri akan apa yang kita lihat. Cermati, apakah kerabat dan sahabat kita pernah menyakiti dirinya sendiri, seperti memukul atau bahkan menyilet bagian tubuhnya, apakah mereka menyimpan obat-obatan yang bisa disalahgunakan, dan apakah mereka merupakan pemakai narkoba atau pemabuk.

Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai pengikut Kristus? Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma, dituliskan bahwa:

“Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” (Roma 15:1)

Dalam kondisi kita yang merasa baik secara psikologis, kita perlu menolong kerabat dan sahabat yang berada dalam kondisi psikis kurang baik. Setelah kita peka akan tanda-tanda tersebut, kita juga perlu aktif bertindak.

Dalam persekutuan pemuda GKI Kelapa Cengkir, Michael menjelaskan bahwa ada banyak hal-hal praktis yang dapat kita lakukan untuk menolong orang-orang yang berpikir untuk bunuh diri. Mulailah dengan menjadi rekan yang baik, dengan banyak mendengar dan nasihat yang tidak menghakimi; jauhkan barang-barang berbahaya dari orang tersebut; berikan semangat; ajak dirinya bergerak atau berolahraga ringan agar dirinya merasa fresh; jangan biarkan dirinya sendiri terlalu lama; ajak dia bertemu dengan konselor profesional; dan yang terpenting adalah dukung terus dalam doa dan afirmasi yang positif.

Jadilah kerabat dan sahabat yang membagikan kasih Kristus. Kasih-Nya tak terbatas hanya melalui siraman rohani dalam dialog Alkitabiah dan ritus di gereja, kasih-Nya pun hadir melalui dukungan psikis kepada mereka yang sedang lemah.

You May Also Like

About the Author: gkikelapacengkir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *