Bagaimana Orang Kristen Merespons Resesi?
Resesi bukan sekadar menjadi isu, hal ini semakin nyata. Banyak pakar ekonomi dari dalam negeri maupun luar negeri yang sudah menyatakan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang suram karena tingkat kemiskinan di berbagai negara akan terjadi.
Jengkel? Setelah melewati masa pandemi di mana banyak duka yang terjadi, harus melewati kondisi sakit dan mungkin terkena dampak ekonomi, kita berlanjut menuju ancaman selanjutnya. Ibarat lolos dengan berdarah-darah dari mulut buaya, kita masih harus berlari dari gigitan mulut singa.
Bagaimana orang Kristen merespons sesesi? Apakah mungkin timbul harapan di tengah banyak kesulitan ini?
Berefleksi dari Masa Kecil
Pada masa kecil, ketika kita asyik beraktivitas di kamar pada malam hari, dan tiba-tiba listrik padam, hal apa yang kita lakukan? Mungkin ada yang berteriak atau menangis agar ditemukan oleh keluarga kita, ada pula yang berinisiatif keluar kamar mencari anggota keluarga lainnya, atau mungkin sesegera mungkin mencari benda yang dapat memancarkan cahaya.
Mengapa kita bertindak demikian? Secara psikologis, kondisi gelap memberi rasa ketidaktahuan akan apa yang dapat kita lihat, kemampuan indera penglihatan tidak terbiasa dengan kondisi ini.
Dalam kondisi serba tidak tahu tersebut, wajar jika kita merasa takut. Namun respons berikutnya adalah pilihan bagi setiap kita antara melawan rasa takut atau ditelan oleh rasa takut. Jika kita ingin membuat ruangan di sekitar lebih terang, kita perlu aktif bergerak. Sebaliknya jika kita pasif, maka lambat laun kita akan larut dalam ketakutan tersebut.
Bagaimana Orang Kristen Merespons Resesi?
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”
Kejadian 12:1-9
Nampaknya Allah juga menciptakan manusia dengan banyak hal yang mereka tidak ketahui. Salah satu tokoh yang menjadi panutan bagi banyak bangsa dan agama, yaitu Abram merupakan salah satu contohnya.
Abram yang mulanya menikmati kebersamaan dan kenyamanan bersama keluarganya di Haran, tiba-tiba diutus Allah untuk pergi ke suatu tempat yang ia tidak ketahui. Sangat mungkin Abram merasakan ketakutan karena harus meninggalkan tempat nyamannya dan berjalan menuju tempat yang ia belum ketahui sebelumnya.
Allah pun juga memberi janji yang di luar pengetahuan manusia, di mana Ia menjanjikan Abram menjadi sebuah bangsa yang besar. Hal ini bertentangan dengan realita bahwa Sarai mandul. Bagaimana mungkin terjadi? Mungkin Abram juga tak tahu bagaimana ia akan mendapatkan keturunan melalui Sarai.
Dengan berbagai ketidaktahuan yang Abram miliki, hal yang patut kita tiru adalah keberaniannya melawan ketidakpastian. Memilih untuk tetap bergerak aktif menurut kehendak Tuhan merupakan salah satu wujud iman yang dimiliki oleh Abram, sehingga ia dipanggil sebagai Bapa orang beriman. Hal ini memberikan hasil nyata bahwa Abraham mencapai tanah perjanjian dan memiliki keturunan yang besar
***
Hal yang terjadi dalam hidup kita pun juga menjadi sebuah pertanyaan, “Apakah kita tahu bagaimana hari esok dengan adanya ancaman resesi?” Sebagai manusia biasa, kita tidak akan pernah tahu. Namun, sebagai orang Kristen yang meneladani hal-hal baik dari setiap tokoh di Alkitab, kita percaya bahwa Kristus akan beserta kita dalam masa suka maupun duka sehingga kita hanya perlu melangkah bersama-Nya.
Mintalah hikmat yang datang dari pada-Nya dan pergunakan! Aturlah pengeluaran kita sebaik mungkin, atur uang untuk dana cadangan dan pastikan diri kita dapat bekerja dengan baik maupun menjalankan bisnis dengan baik. Kiranya masa resesi yang mungkin akan terjadi juga dapat kita lalui dengan kekuatan yang datang dari pada-Nya.