MATA IMAN #726
Jumat, 25 Maret 2022
Bacaan : Kejadian 11:1-9
Nas: Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.“ (Ayat 4)
PRIDE
Ada sebuah cerpen karya Ayu Utami yang pernah saya baca, judulnya Air Murni. Alkisah, seorang sales alat penjernih air bertemu dengan konsumen yang agak eksentrik. Nenek tua ini sangat tergila-gila dengan kemurnian, dia berkata bahwa masyarakat kita harus dimurnikan. Di akhir cerita, si sales ini terhenyak menyadari hewan-hewan peliharaan nenek itu banyak yang buta; karena mereka saling dikawinkan hanya dengan saudara sendiri, demi menjaga kemurnian rasnya!
Kisah Menara Babel, yang mungkin sudah sering kita dengar sejak di Sekolah Minggu, juga bicara soal keinginan manusia untuk menjadi “murni.” Kelompok manusia dalam kisah ini menampilkan keinginan untuk bersatu di sebuah lokasi “eksklusif” dan menjadi “sama”. Kesamaan bahasa dalam kisah ini menyimbolkan tidak adanya perbedaan budaya dan kepercayan. Bukankah pride alias kesombongan serupa juga bisa kita lihat pada peristiwa holocaust di Jerman pada masa pemerintahan Hitler?
Kenapa Tuhan lantas merobohkan menara itu? Dia tidak merestui keinginan manusia untuk menjadi eksklusif dan homogen, berlandaskan kepercayaan hanya warga Babel yang paling digdaya. Dunia ini terlalu luas untuk didominasi hanya oleh satu kelompok. Dalam keberagaman, niscaya hidup kita akan menjadi lebih kaya . Ayo kita introspeksi; apakah dalam menjalani keseharian hidup dengan sesama, kita sebagai orang Kristen, malah menciptakan “Menara Babel” yang dibenci oleh Tuhan? (OLV)
Apapun yang Tak Membukakan Diri Pada Dunia, dengan Sendirinya Akan Membutakan Diri – (Ayu Utami)
——————
Informasi seputar GKI Kelapa Cengkir
dapat diakses melalui :
https://linktr.ee/gkikelapacengkir
Whatsapp by wa.me/+6281388901368
