Spirit Doll dan Kerapuhan Manusia

Awal Januari 2022, Indonesia digemparkan dengan fenomena spirit doll yang dimulai dari kalangan selebriti. Sekilas kita dapat bahwa objek yang dibacakan secara visual tak berbeda jauh dengan boneka pada umumnya yang mungkin pernah kita mainkan saat kecil. Namun perbedaan, saat ini beberapa orang merawat boneka tersebut layaknya seorang anak, yang hidup, yang dapat bergerak, perlu diberikan makanan, dsb.

Kilas balik Spirit Doll

Sebelum kita melakukan penilaian baik buruknya Spirit Doll, kita perlu menelisik sejarah awal mulanya. Spirit Doll berawal dari tradisi Kuman Thong di Thailand, menyimpan janin yang meninggal sebelum melahirkan. Tradisi ini berkembang dengan nama Luk Thep yang berarti anak malaikat, di mana roh janin yang meninggal tersebut ditempatkan dalam sebuah boneka. Hal ini menjadi trend yang disemarakkan oleh para selebriti Thailand serta dilanjutkan selebriti Indonesia di awal 2022. Namun dalam waktu beberapa bulan, fenomena ini pun surut dan mulai ditinggalkan banyak orang.

Memandang Spirit Doll dari berbagai aspek

Spirit Doll atau hal-hal gaib yang bersifat supranatural kerap dipahami sebagai hal mistik. Nyatanya, spiritisme dan mistisisme adalah yang berbeda. Dalam KBBI, mistik diartikan sebagai subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; Singkatnya, mistisisme berpusat pada pengalaman berjumpa dengan Allah.

Berbeda dengan mistisisme, spiritisme merupakan percabangan dari okultisme, di mana ada sesuatu yang disembunyikan. Spiritisme adalah gerakan yang menekankan pada eksistensi suatu persona setelah kematian dan karena itu komunikasi dapat dilakukan melalui medium.

Spirit Doll, sebagai perwujudan dari spiritisme, juga mengandung berbagai gagasan yang disembunyikan di dalamnya.

  • Gagasan ekonomi dalam Spirit Doll. Di Thailand, pada tahun 2016, kondisi ekonomi cenderung kurang baik, sehingga beberapa orang merasa perlu ada pegangan lain (secara harfiah).
  • Gagasan psikis dalam Spirit Doll. Rasa kehilangan karena kepergian orang yang dicinta, spiritisme seolah menjawab kebutuhan komunikasi.
  • Gagasan popularitas dalam Spirit Doll. Public figure memiliki kuasa membentuk cara berpikir dan pola perilaku masyarakat, dan merekalah yang mempopulerkan Spirit Doll, terlepas ada roh atau tidak di dalamnya.

Pandangan Kekristenan terhadap Spirit Doll

Secara spesifik, Alkitab tidak menjelaskan Spirit Doll, tentu dikarenakan fenomena tersebut baru hadir akhir-akhir ini. Namun teks-teks Alkitab sedikit banyak menjelaskan spiritisme yang muncul dalam narasi kehidupan bangsa Israel di masa lalu.

Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ”Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!”
Markus 5:19

Secara lengkap pada perikop Markus 5:1-20, Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa. Fenomena yang terjadi kala itu, orang dari Gerasa tersebut memiliki spiritisme, ada sesuatu yang berkaitan dan tersebunyi dari pribadinya, yaitu Legion. Setelah pengusiran yang dilakukan oleh Yesus, pesan penting disampaikan bahwa Tuhan mengasihani orang dari Gerasa tersebut, Tuhan memiliki compassion atau berwelas asih kepadanya. Hal ini mengajarkan bahwa orang dengan kehidupan spiritisme memiliki sebuah kekelaman hidup yang mungkin disembunyikan, dan Tuhan ingin kita pun belajar untuk berwelas asih kepada mereka, bukan sekadar menghakimi.

Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka…. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
Matius 14:13, 23

Ayat di atas merupakan pembukaan dari pasal Matius 14: 13-21, mengenai Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ketika kita melihat perikop sebelumnya, diceritakan bahwa Yohanes Pembaptis dibunuh. Sebagai kerabat dan juga sosok yang menyatakan suara kenabian, Yesus tentu sedih mendengar kabar duka tersebut. Dalam rasa sedih tersebut, Yesus ingin memberi ruang bagi diri-Nya untuk berdamai dengan dukacita, merayakan dukacita dengan khusyuk. Agak disayangkan, banyak orang berbondong-bondong mencari Yesus, sehingga Yesus memprioritaskan melakukan mukjizat. Setelah malam Yesus memberikan waktu bagi dirinya untuk berduka. Hal ini mengajarkan pada kita, bahwa manusia tak lepas dari rasa duka. Berdamai dengan Allah dan diri sendiri adalah proses yang diperlukan agar kita dapat melanjutkan kehidupan.

Dua kajian Alkitab di atas merupakan landasan yang penting melihat beraneka rupa spiritisme yang sebagian besar lahir dari rasa dukacita. Tidak sedikit orang ingin membangun komunikasi dengan rasa duka dan hal di masa lalu dengan melampiaskan dalam bentuk medium. Di sinilah peran gereja sebagai umat yang menyatakan kasih Allah, di mana gereja perlu untuk:

  1. Mencukupkan kebutuhan klasik, sudahkah gereja menyentuh kebutuhan perut?
  2. Membimbing umat untuk menghadapi persoalan hidup secara mandiri.
  3. Membuka diri terhadap segala bentuk emosi, kepahitan jemaat, rasa duka, dsb.
  4. Menjadi support system, ketikaada anggotanya yang merasakan kepedihan.
  5. Mengarahkan umat agar memiliki tujuan yang benar saat menginginkan sesuatu.

 

Pdt.Tunggul Barkat Gumelar dari GKI Boyolali menyampaikan bahwa gereja alias kita semua adalah tubuh yang terluka; maka peran kita adalah untuk hadir satu sama lain dan saling memulihkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?