Renungan Mata Iman

Empty Nest Syndrome, Sebuah Kekosongan di Masa Senja yang Perlu Diisi

Pernahkah Sobat Cengkir merasa rumah yang sekarang Anda huni terasa kosong? Si Sulung sudah berumah tangga dan tinggal di tempat lain bersama pasangan serta anaknya. Sedangkan Si Bungsu sedang merantau di luar kota untuk menyelesaikan studinya. Rumah yang dulunya hangat, ramai dengan hiruk pikuk, canda dan tawa, sekarang menjadi lebih sunyi dan membuat perasaan seolah campur aduk tak karuan.

Mengenal Kekosongan di Masa Senja

Kondisi di atas adalah “empty nest syndrome” atau “sindrom rumah kosong”, yaitu fenomena di mana orang tua mengalami perasaan sedih dan kehilangan ketika anak meninggalkan rumah. Pengalaman merawat anak semenjak kecil hingga beranjak dewasa, memberikan warna dalam kehidupan seseorang. Meskipun orang tua mendukung anak-anak mereka yang telah dianggap matang untuk berumah tangga atau hidup terpisah, momen melepaskan kebiasaan bersama dengan anak mungkin berdampak bagi diri Sobat Cengkir.

Empty nest syndrom yang tidak dikelola akan berdampak buruk terhadap kondisi kita kelak. Perasaan kehilangan yang mendalam rentan menyebabkan depresi, krisis identitas, konflik dalam relasi pernikahan, menuntut perhatian orang lain secara lebih dan bahkan berbagai bentuk tindakan pelarian yang justru berdampak negatif.

 

Lantas Bagaimana Meresponsnya?

Sadar dan menerima kondisi saat ini adalah langkah awal. 

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
(Kejadian 2:24)

Bagi Sobat Cengkir yang telah ditinggalkan oleh anaka-anak, terlebih yang hidup dalam pernikahan,belajarlah menerima kondisi bahwa mereka harus berpisah. Secara natur psikologi keluarga, pasangan yang baru menikah pun juga membutuhkan ruang agar mereka belajar mengarungi samudera kehidupan. Pengalaman anak yang hidup terpisah dengan orang tua akan memberikan kesempatan bagi mereka akan banyak hal baru bersama pasangan mereka.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
(Amsal 22:6)

Hal yang sama juga terjadi saat anak menempuh studi di luar kota atau luar negeri. Mereka memiliki misi untuk menyelesaikan pendidikan mereka dan proses yang mereka jalani adalah perjuangan yang baik. Kita harus mendukung mereka dalam doa dan tidak membuat mereka merasa terbeban oleh kondisi kita yang jauh dari mereka.

Setelah kita menerima dan memaklumi kondisi keterpisahan dengan anak-anak kita, maka kita perlu belajar untuk lepas dari rasa kuatir dan mengelolanya menjadi sebuah tindakan aktif untuk terus berjaga-jaga.

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
(Matius 6:27)

Jika Sobat Cengkir kuatir akan situasi sakit yang mungkin terjadi, maka mulailah hidup sehat dengan berolahraga dan mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan gizi.

Jika Sobat Cengkir kuatir akan biaya perawatan saat kelak harus dirawat karena sakit, maka menabunglah untuk mengambil asuransi.

Jika Sobat Cengkir kuatir akan siapa yang bisa menjadi teman obrol di masa tua, maka mulailah bersosialisasi dengan keluarga besar, tetangga, persekutuan di gereja atau orang-orang di lingkungan sekitar dan jalin komunikasi mesra dengan pasangan Anda.

Mungkin intensitas pertemuan fisik dengan anak akan berkurang, tetapi kita tetap dapat berkomunikasi melalui doa maupun jaringan komunikasi terkini.

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang salam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
(Ulangan 6:6-7)

Saat kita membangun rumah tangga dan mendidik anak-anak dalam kasih dan ajaran Kristus, maka hingga dewasa pun mereka akan menghidupinya. Sebagai orang tua, Sobat Cengkir cukup mengatakan, “Yesus mengasihi kamu, papa dan mama juga,” maka anak-anak akan merasa bersyukur dan ingat untuk membalas kasih sayang kepada orang tua mereka, walaupun jarak memisahkan.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
(Mazmur 1:1-2)

Responslah rasa kosong yang mungkin terlintas dalam fase hidup Sobat Cengkir dengan menghadirkan Allah yang mengisi relung hati kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?