MATA IMAN #214
Bacaan : Matius 22:34-46
Nas : Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ayat 37-39)
KELUARGA YANG MEMAHAMI FIRMAN
Menghafal adalah salah satu metode dalam mendidik. Entah di sekolah, kampus, maupun di rumah. Bentuk hafalan yang paling berfaedah menurut saya adalah “perkalian”. Saya ingat betul bagaimana kerasnya orang tua saya memaksa saya untuk hafal 1×1 hingga 10×10. Untungnya, hal itu berfaedah untuk hidup saya sampai hari ini. Tetapi bagaimana dengan hafalan yang lain seperti Doa Bapa Kami, 10 Hukum Taurat, Pengakuan Iman Rasuli, atau Pancasila? Apakah berfaedah bagi hidup kita? Ataukah hanya sekedar hafalan yang menunjukan bahwa kita orang Kristen dan kita orang Indonesia?
Para pemuka agama Yahudi pada saat itu juga menghafal 613 MITSVOT atau Taurat Musa yang disusun dan dijabarkan oleh para rabi Yahudi menjadi 613 peraturan. Namun apakah mereka memahami dan melakukan semua itu?Seringkali kita mengatakan bahwa Yesus dalam Matius 22:34-46 “mengganti” Hukum Taurat dengan hukum baru yaitu Hukum Kasih. Yesus sebenarya bukan penemu atau pembuat Hukum Kasih. Bahkan Yesus sama sekali tidak mengganti atau menggenapi Hukum Taurat. Yesus lebih tepatnya menggarisbawahi apa yang menjadi prinsip dasar dari Hukum Taurat, yang sebenarnya sudah ada di Perjanjian Lama. Mengasihi TUHAN, Allah, dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan, ada di Ulangan 6:5. Sedangkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, ada di Imamat 19:18. Yesus mau menegaskan bahwa Hukum Taurat haruslah dilaksanakan dengan dua prinsip dasar ini atau yang kita kenal sebagai Hukum Kasih. Kemesiasan Yesus juga kerap kali disalahartikan oleh orang-orang yang ada di sekitar Yesus pada saat itu. KemesiasanNya hanya dipahami sebagai kemesiasan politik yang menitikberatkan pada kekuatan super-power yang akan menjatuhkan pemerintahan Romawi dengan bala tentara yang maha kuat. Maka wajar, jika Yesus tidak dipandang sebagai Mesias dan malah dianggap menghujat Allah, karena sosok Mesias yang mereka pahami tidak sesuai dengan sosok Yesus.
Keluarga yang memahami Firman tidak berhenti pada hafalan tetapi secara aktif melakukan kasih. Demikian juga kita mengimani Yesus tidak hanya karena mukjizatNya, tetapi seharusnya berdasarkan kasih pengorbanan-Nya di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya. (WPA)
Pahami dan lakukanlah Firman-Nya, supaya kasih Kristus dapat dirasakan oleh sesama.
———————-
Informasi seputar GKI Kelapa Cengkir dapat diakses melalui :
Whatsapp by wa.me/+6281388901368
Website (http://gkikelapacengkir.org)
Instagram (@gkikelapacengkir)