Hal yang Perlu Dilakukan Saat Stres: Grounding

“Stres” berarti merasa tertekan atau terancam dalam hidup. Stres dapat diakibatkan ancaman yang besar, seperti KDRT, penyakit, tidak dapat sekolah, tidak punya pemasukan, dan lainnya. Ataupun masalah kecil seperti bertengkar.
Semua orang pernah merasakan stres. Dalam jumlah kecil, stres tidak menjadi masalah. Namun, stres yang sangat berat seringkali berdampak pada tubuh. Banyak orang merasa tidak nyaman. Stres dapat menyebabkan gangguan terjadi pada organ-organ tubuh. Seperti sakit kepala, perut, otot tegang, dan lainnya. Saat stress, banyak orang yang selera makannya berubah, tidak bisa fokus, mudah marah, tidak bisa duduk tenang, sulit tidur, merasa sedih atau bersalah, khawatir, menangis, dan merasa sangat lelah. Juga, banyak dari mereka yang memikirkan berbagai hal buruk dari masa lalu atau hal buruk yang kita takutkan di masa depan.
Tentu saja merasa stres adalah hal yang tidak bisa dihindari. Namun, bukan berarti merasa stres terus menerus adalah normal. Ada waktunya saat stres yang dirasa terlalu lama hingga berlarut harus pergi. Karena, jika terlalu lama, stres itu akan menumpuk dan akhirnya berpengaruh signifikan pada hidup.
Menurut WHO, ada lima cara menghilangkan stres, yakni GROUNDING, MELEPASKAN DIRI, BERTINDAK SESUAI NILAI, BERBUAT BAIK, dan MEMBERI RUANG.

GROUNDING
Grounding adalah teknik menstabilkan emosi yang membuat pikiran kita yang sebelumnya melayang-layang dan tidak fokus kembali ke kesadaran utama. Saat stres, pikiran dan perasaan yang kuat tentang kemungkinan-kemungkinan buruk akan datang. Namun, bisa menjadi masalah jika kita “terpancing” atau tergantung oleh pikiran dan perasaan tersebut.
Saat seekor ikan terpancing, ikan itu tidak dapat melarikan diri. Ikan itu terperangkap oleh pancing. Begitu pula kita. Kita bisa saja terpancing pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan kita yang berat. Jadi, pikiran dan perasaan yang berat ini “memancing” kita dan menarik kita menjauhi NILAI-NILAI.
Apa itu NILAI-NILAI?
Nilai-nilai adalah apa yang kita harapkan dari diri kita sendiri. Misalnya, kita adalah seorang orang tua atau bertanggung jawab mengasuh orang lain. Kita ingin jadi orang seperti apa? Apakah penuh kasih, bijak, perhatian, bertanggung jawab, tenang, dan peduli? Maka jadilah nilai-nilai itu. Jadi, nilai-nilai kita menggambarkan kepribadian yang kita idamkan; perlakuan kita terhadap diri sendiri dan orang lain; dan dunia di sekitar kita.
Dalam situasi penuh stres, pikiran dan perasaan yang berat memancing kita, sehingga kita ditarik menjauhi nilai-nilai kita. Berbagai pikiran dan perasaan yang berat dapat memancing kita. Pikiran tentang menyerah, pikiran menyalahkan orang lain, menghakimi diri sendiri, ingatan (terutama tentang kejadian-kejadian yang traumatis), dan pikiran lainnya.
Saat kita terpancing, perilaku kita berubah. Sering kali tindakan kita memperburuk kehidupan kita. Mungkin kita berkelahi, bertengkar, atau berseteru. Atau kita menarik diri dan menjauhi orang-orang yang kita kasihi. Atau banyak berbaring di tempat tidur. Perilaku-perilaku ini kita sebut “GERAKAN MENJAUH” karena ketika kita melakukannya, kita MENJAUH dari nilai-nilai kita.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk kembali pada nilai-nilai yang diinginkan. Fokus kembali pada apa yang kita inginkan dari diri kita sendiri. Pertama, belajarlah berfokus, menghidupi, dan lebih memperhatikan. Ketika memperhatikan penuh suatu kegiatan, kita dapat dibilang “berfokus”. Saat kita memperhatikan penuh suatu kegiatan, maka kita dapat dibilang sedang “menghidupi” kegiatan itu.
Contohnya, kita bisa melakukan berbagai kegiatan dengan sepenuh hati. Fokus mengerjakannya, menghidupi juga memperhatikan kegiatan itu. Jadi, saat merasa terpancing, kita bisa kembali menyadarkan diri dengan memfokuskan diri pada kegiatan tersebut.
Lalu, bagaimana jika stres yang melanda itu cukup kuat bahkan tidak dapat memfokuskan diri pada sebuah kegiatan berapa kalipun dicoba? Maka itu namanya badai emosi. “Badai emosi” berarti kita mengalami pikiran dan perasaan yang sangat berat. Pikiran dan perasaan ini sangat kuat sampai-sampai menjadi seperti badai yang hebat dan dapat dengan mudah mengalahkan kita. Untuk itu diperlukan latihan GROUNDING.
Bagaimana cara melakukan grounding?
Pertama, perhatikan apa yang kita rasakan dan pikirkan. Jika kita bernapas terlalu keras atau cepat, kita dapat merasa panik, khawatir, pusing, atau sesak napas. Jika kita mulai merasa pusing atau pening, kita bernapas terlalu dalam, terlalu keras, atau terlalu cepat. Berikutnya, semakin pelankan pernapasan kita. Perlahan dan dengan lembut, kosongkan paru-paru kita. Kemudian, tenangkan dan rasakan tubuh kita. Napas dengan perlahan. Perlahan dorong kaki ke tanah. Pastikan napas kita pelan dan lembut. Saat menarik napas, tariklah dengan pelan dan lembut. Perlahan lembut. Perhatikan pernapasan kita dengan teliti – seakan-akan saat ini adalah pertama kalinya kita bernapas. Sekarang, semakin pelankan hembusan napas. Setelah paru-paru kosong, hitung dalam hati sampai angka tiga sebelum menarik napas lagi. Kemudian, biarkan paru-paru kita terisi kembali sepelan mungkin. Saat kita melakukan ini, dari waktu ke waktu, pikiran dan perasaan akan memancing kita dari latihan ini. Jadi, jika mulai merasa pusing, pening, atau dada terasa sesak, pelankan napas kita. Hembuskan napas dengan lembut dan tarik napas sepelan mungkin dan secukupnya. kita sedang melatih kemampuan menghidupi dan berfokus.
Jadi, ingat, latihlah keterampilan-keterampilan ini sepanjang hari, setiap ada kesempatan. Membuat rencana dapat membantu. Misalnya, pikirkan saat, tempat, dan berapa kali setiap hari kita akan berlatih grounding. Berlatih tidak harus terasa tidak nyaman. kita dapat berlatih kapan pun, di mana pun, bahkan hanya selama 1-2 menit sekalipun.

You May Also Like

About the Author: gkikelapacengkir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *