Menyambut Tantangan di Tahun 2023
Tahun baru, identik dengan hal-hal yang baru. Mulai dari versi diri, gaya rambut, gaya hidup, cara bersikap sampai pada rencana, resolusi atau keinginan yang ingin dicapai di ini. Tapi masih banyak nih dari kita sebagai orang percaya takut akan persoalan yang akan datang. Seringkali sebagian dari kita, dalam memandang tahun baru masih dilingkupi oleh rasa ketakutan. Rasa takut bisa datang dari dalam diri dan luar diri. Dalam diri mungkin disebabkan karena kegagalan yang dialami di tahun yang lalu, atau pun sempat nih kita mendengar berita tentang resesi dan masalah ekonomi yang akan dihadapi di tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit dibanding tahun 2022.
Rasa tidak percaya diri akan kegagalan yang terjadi, mendapat cemooh dari orang terdekat, merasa diri tidak berguna dan sia-sia dalam melakukan segala hal. Permasalahan ini yang akan membuat iman dan rasa percaya kepada Tuhan mengalami kemunduran dan malah tak sedikit yang menyalahkan Tuhan atas kegagalan yang terjadi dalam hidupnya. Perlu diingat bahwa mengikut Yesus tidaklah selalu berada pada zona ‘nyaman’. Setiap orang harus memikul salibnya sendiri. Peribahasa rumput tetangga selalu lebih hijau masih menjadi pola pikir bagi sebagian besar orang percaya.
Setiap individu mempunyai ketakutannya masing-masing hal paling sederhana yang tidak pernah kita pikirkan misalnya seorang pengemis atau tunawisma pasti setiap harinya akan mikir “aku bisa makan gak ya besok atau aku tidur dimana ya nanti malam” atau seorang mahasiswa semester akhir akan mengalami kecemasan dalam menyusun skripsi. Keraguan dan ketakutan akan memenuhi pikiran dari masing-masing individu.
Dalam menghadapi tantangan yang akan datang, penting sekali untuk menerapkan hal-hal di bawah ini:
1. Menggantikan Ketakutan dengan Iman
Ketika memikirkan tentang masa depan, Sobat Cengkir hendaknya dipenuhi dengan iman dan harapan. Senantiasa mengingat bahwa Yesus Kristus akan memegang kendali atas hidup. Dia tidak akan membiarkan anak-anak-NYA melewati badai sendiri tanpa pertolongan tangan-NYA. Rasa optimis harus dikembangkan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. (Yosua 1:9) “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi.”
Kristen mengajarkan pentingnya berpegang pada pengharapan. Arti berpegang yaitu tahu ada pengharapan. Maksudnya, sikap yang tidak mudah terpengaruh oleh situasi apapun. Orang Kristen yang berpegang teguh pada pengharapan adalah orang yang tekun menanti akan hal-hal yang akan terjadi dalam kehidupan dan terus-menerus menyatakan suatu tindakan keberadaan pengalaman yang tidak mudah terpengaruh oleh situasi. Pengharapan Kristen adalah proses yang terus kita jalani dan sedang kita jalani bersama, yaitu adanya kebergantungan kita pada pertolongan Roh Kudus.
2. Hidup yang menjadi teladan
Hidup teladan menciptakan sebuah komitmen. Komitmen menghasilkan suatu tekad untuk semakin hari semakin setia kepada Tuhan dan kepada sesama. Sebagai pengikut Kristus adanya komitmen dapat melakukan pembaharuan hidup untuk mengalami perubahan yang tadinya iri hati, pelit, pemarah malah di tahun baru mengalami pembaharuan perubahan perilaku menjadi orang yang sabar, murah hati, dan suka berbagi pada orang lain. Pengendalian diri harus ditingkatkan untuk menjadi teladan, bukan hanya teori tapi melalui perbuatan keseharian. (1 Timotius:12) “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
3. Tidak menghindar, tetapi bertumbuh
Kesusahan atau masalah yang terjadi dalam hidup, menandakan Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi dalam hidup kita, ingatlah bahwa terbentuknya sebuah iman akan menghasilkan karakter yang kuat. Ini terbentuk dan teruji dari penderitaan dan kesulitan yang terjadi. Setiap orang yang dikasihi-Nya pasti memiliki saat-saat penderitaan dan kesukaran pada waktu-waktu tertentu dan Tuhan menghendaki itu. Tidak ada yang akan terbebas dari hal itu. Karena itu, dibanding menghindar atau menjadi takut pada penderitaan atau tantangan hidup, mari menghadapinya dengan meminta penyertaan Tuhan agar menjadikan kita bertumbuh sehingga dapat melalui badai dan menggunakannya untuk tujuan yang baik dalam kehidupan kita seperti pelajaran dan pendewasaan iman.
Roma 5: 3-5 menyatakan: “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Mengasihi Tuhan berarti meyakini agar kehendak-Nya terjadi dalam kehidupan kita, maka setiap peristiwa apapun yang terjadi kepada kita akan mendatangkan kebaikan dalam diri dan jiwa kita.
*****
Ketakutan memang masih menjadi momok yang menakutkan bagi setiap orang. Ketakutan berperan penting dalam perilaku dan hidup seseorang. Pilihan antara iya dan tidak akan menimbulkan pertimbangan-pertimbangan dan masalah baru. Tapi hadapi segala macam badai dan rasa takut tersebut dengan iman. Tidak boleh menghindari, dari rasa takut dan masalah tersebut, kita bisa menjadi pribadi yang mengalami pembaharuan diri dan iman. Mau kan menjadi teladan bagi orang lain? Maka jadilah orang yang berani dan berpegang teguh pada iman