Semakin dekat kita dengan peringatan kelahiran sang Raja Juruselamat kita semua siapa lagi kalau bukan Yesus Kristus. Siapa dari kita yang ketika memasuki bulan Desember, sudah sangat tidak sabar merayakan Natal? Suasana di bulan Desember tentunya memberikan perasaan yang berbeda dibanding pada bulan-bulan lainnya. Tempat-tempat umum didekorasi dengan teman berbau Natal. Semakin menambah semangat perayaan Natal.
Bulan Desember selain sebagai bulan kelahiran Yesus Kristus, juga merupakan bulan yang dipenuhi dengan diskon, potongan harga dan penawaran-penawaran menarik lainnya. Seringkali dari kita lebih mengutamakan hal tersebut. Kita menjadi tertarik dan membeli barang-barang tersebut. Mungkin bagi kita dengan menggunakan pakaian baru, sepatu baru, tas baru merupakan bentuk dari kesiapan diri dalam bertemu dan menyembah Allah di hari kelahiran-NYA.
Kita menjadi pribadi yang impulsif dan membeli berdasarkan apa yang mata kita inginkan bukan berdasarkan kebutuhan yang kita perlukan. Natal dijadikan ajang bagi setiap orang untuk berlomba-lomba menampilkan penampilan terbaiknya. Dari hal ini menjadikan kita umat Kristiani lupa dari makna Natal itu sendiri.
Keugaharian itu apa sih?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keugaharian berarti sedang; pertengahan, sederhana. Pengembangan arti lainnya adalah: bersahaja, lugu, polos, prasaja. Sedangkan keugaharian mengandung arti :keluguan, kepolosan, kesahajaan, kesederhanaan, dan kewajaran.
Iman keugaharian adalah semangat iman yang meyakini bahwa berkat dari Tuhan itu akan selalu mencukupi untuk semua ciptaan-Nya. Dari keyakinan itu, setiap orang yang percaya dan meyakini semangat iman ini akan menerapkan gaya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, serakah atau rakus. Semangat keugaharian adalah sikap berani berkata cukup terhadap segala jenis godaan duniawi bisa berupa materi, pakaian, makanan dan lainnya.
Semangat ugahari tidak hanya berbicara pada mencukupkan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Spiritualitas ugahari juga mendorong orang yang meyakini iman ini untuk peduli terhadap sesamanya agar mereka dapat hidup dalam kecukupan juga. Ugahari akan memberi ruang bahkan merangkul orang-orang yang memiliki kondisi finansial yang kurang ataupun menderita ini dilakukan tanpa memandang perbedaan ras, suku golongan, atau pun agama.
Semangat ugahari memberikan pemahaman kepada kita sebagai umat-NYA bahwa Allah begitu peduli terhadap penderitaan dunia, khususnya manusia. Dalam Alkitab sendiri mau siapapun itu dari bangsa manakah mereka, jika mereka memiliki sikap serakah; tamak; ataupun menindas sesamanya akan menjadi musuh Tuhan. Sebaliknya, Tuhan akan selalu merangkul orang-orang yang diperlukan tidak adil, selalu dihina tapi tetap berpegang teguh imannya terhadap Tuhan. Ia akan selalu ada bersama mereka yang miskin dan tersingkir.
Sederhana dalam Perayaan Natal
Sebagai orang percaya, diharapkan dalam perayaan Natal dilakukan secara tidak berlebihan. Natal memang memberikan rasa sukacita dan damai. Hanya saja sukacita itu tidak perlu diekspresikan secara berlebihan, tetapi dalam kesederhanaan. Mengapa kok harus sederhana? Perlu diingat bahwa kedatangan dari Yesus Kristus dimulai dari kesederhanaan.
Tuhan dilahirkan di tempat yang bisa dikatakan kurang layak yaitu kandang domba, memiliki orang tua yang bukan berasal dari keluarga yang berada. Dari sinilah Ia hidup dalam kesederhanaan dan selalu mengutamakan kebenaran.
Kesederhanaan dalam hidup orang percaya bisa loh diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki, tidak merasa iri hati dengan orang lain, selalu yakin serta berserah kepada Tuhan, dan tidak lupa untuk selalu berbagi kepada orang lain.
*****
Sebagai umat Kristiani, penulis yakin bahwa jika penerapan semangat keugaharian diterapkan dalam nuansa Natal akan memberikan sukacita yang lebih bermakna. Natal dalam kesederhanaan akan lebih memfokuskan pikiran dan hati kita hanya tertuju kepada Tuhan. Dalam bertemu dengan Tuhan memang penting untuk menata diri, tetapi hati yang rendah hati untuk menyembahnya lebih diutamakan.