Pandangan Kristen terhadap Filosofi Orang Tionghoa
Tahun baru China atau Imlek menjadi perayaan yang selalu dinantikan bagi orang Tionghoa yang tersebar di belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Perayaan ini menjadi ajang untuk melestarikan tradisi dan berkumpulnya sanak saudara dari berbagai daerah. Perjamuan makan malam pada malam tahun baru, bagi-bagi angpao, bermain kembang api ataupun melakukan ritual sembahyang kepada leluhur menjadi beberapa kegiatan wajib dalam perayaan Imlek.
Ada beberapa kebiasaan menjelang Imlek yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa Indonesia, lalu bagaimana pandangan Kristen terhadap hal-hal tersebut? Berikut daftar beserta penjelasannya:
Membersihkan Rumah
Menjelang tahun baru Imlek kebiasaan yang umum dilakukan oleh masyarakat Tionghoa adalah membersihkan rumah. Segala macam kegiatan bersih-bersih sudah harus selesai sebelum tengah malam sebelum Imlek. Selain karena ingin menjaga kebersihan dan menyambut tamu seperti saudara, tetangga, rekan yang ingin berkunjung agar merasa nyaman. Membersihkan rumah menjelang Imlek dianggap untuk menghilangkan kesialan dari tahun sebelumnya. Tahun baru berarti rezeki baru untuk masuk, jika membersihkan rumah pada saat Imlek itu adalah sebuah kesalahan. Karena akan membersihkan atau menghilangkan rezeki baru yang datang.
Makan Bersama Keluarga
Makan malam menyambut tahun baru Imlek dilakukan pada malam sebelum Imlek. Saat malam hari biasanya tersaji berbagai hidangan khas peranakan Tionghoa Indonesia. Ketika pagi hari biasanya tidak disajikan hidangan yang mengandung daging. Hal ini dipercaya untuk menghormati dewa yang tidak menyantap hewan bernyawa. Tapi hal ini hanya dilakukan pada orang Tionghoa yang memiliki kepercayaan Konghucu.
Tradisi Yu Sheng
Saat tahun baru Imlek, salah satu yang dilakukan adalah memakan hidangan berupa salad ikan berisi irisan sayur segar dan disantap dengan cara diangkat setinggi-tingginya menggunakan sumpit. Hal ini dilakukan sebagai bentuk harapan rezeki dan keberuntungan akan meningkat di tahun baru.
Sajian Makanan
Tradisi unik makan bersama dengan keluarga di tahun baru Imlek. Dikatakan unik karena seluruh keluarga akan berkumpul dan makan 12 macam hidangan yang melambangkan 12 shio. Setiap hidangan memiliki makna tersendiri, seperti kue keranjang memiliki makna untuk mempererat hubungan antara anggota keluarga, kue keranjang sama seperti dodol yang lengket, dimaknai jika memiliki hubungan yang lengket akan semakin erat tali persaudaraan.
Hari Pertama pada Perayaan Imlek
Anggota keluarga biasanya akan saling mengunjungi. Dimulai dari anggota keluarga paling muda akan berkunjung ke anggota keluarga yang usianya lebih tua. Ketika berkunjung, anggota yang muda akan memberi salam berupa Gong Xi Fat Cai sembari mengepalkan tangan kanan di dada lalu di bungkus dengan telapak tangan kiri sebagai tanda penghormatan. Selesai memberi salam orang yang sudah menikah akan memberikan angpao kepada yang belum menikah atau memiliki usia yang lebih muda. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kedewasaan dan bentuk doa kepada si penerima.
Jadi, Tradisi dan Filosofi Masih Boleh dilakukan?
Beberapa tradisi yang dilakukan di atas masing-masing memiliki filosofi dengan tujuan yang baik bagi yang melakukannya. Seperti berkunjung ke orang yang lebih tua merupakan tindakan yang berbakti kepada orang tua dan sesuai dengan perintah Tuhan dalam (Keluaran 20:12) “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.”
Kepercayaan yang berlebihan akan membawa kepada perilaku yang mengandalkan kekuatan lain, selain kuasa-NYA. Seperti (Kolose 1:18) “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu”
*****
Dalam Iman Kristen, orang percaya boleh saja melakukan tradisi-tradisi di atas, karena secara teknis orang Tionghoa pemeluk kepercayaan Kristen tidak bisa lepas dari budaya yang membesarkannya. Yang salah adalah ketika orang tersebut sudah memiliki kepercayaan yang berlebihan yang lebih besar kepada tradisi-tradisi di atas melebihi kepercayaannya terhadap perkataan Tuhan. Hal ini akan membawa kepada penafsiran yang salah dan tidak sesuai dengan kebenaran dari Firman Tuhan.