Pemimpin yang Terbaik: Jadi Kepala, Ekor, atau Sahabat?
Dunia kerap menawarkan konsep pola berpikir biner, termasuk dalam lingkup relasi di organisasi. “Hidup itu kalau enggak jadi kepala ya jadi ekor”, seolah tidak ada pilihan lainnya.
Konsep kepemimpinan dalam ranah gereja maupun kehidupan secara menyeluruh juga seolah ikut terbagi. Menjadi pemimpin di dalam perusahaan, kita kadang dituntun menjadi pemimpin layaknya tuan atau bos. Sebaliknya di gereja, narasi menjadi tuan yang menghamba sering digaungkan.
Lantas kepemimpinan seperti apa yang paling tepat? Menjadi kepala, ekor atau lainnya?
Kepemimpuinan-Tuan (Kyriarki)
Model kepemimpinan pertama yang mungkin kerap kita lihat atau mungkin lakukan dalam sebuah perusahaan adalah kepemimpinan-tuan (kyriarki, master-leadership) yang berbentuk piramida meruncing ke atas. Dalam konteks sebuah perusahaan, semua orang berlomba mencapai titik puncak piramida kepemimpinan itu dengan berbagai usaha, jika perlu dengan mengorbankan orang lain.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.”
Markus 10:42,
Kepemimpinan-tuan atau kryriarki sudah terjadi sejak masa lampau, hingga sekarang atau mungkin juga hingga masa mendatang dalam hidup manusia. Model kepemimpinan berikut akan menekankan kekerasan bagi orang-orang yang berada di bawahnya.
Kepemimpinan-Hamba (Doularki)
Jika kita melihat bahwa kadang kepemimpinan-tuan memberikan dampak yang buruk bagi orang-orang yang di bawahnya, doularki justru sebaliknya,
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”
Markus 10:43
Pernyataan Yesus di atas menunjukkan penolakan atas model kepemimpinan-tuan. Kepemimpinan-hamba (doularki) atau yang dikenal dengan servant-leadership merupakan sebuah budaya tandingan (counter culture) agar kepemimpinan-tuan tidak menjadi dominasi yang dihidupi oleh banyak umat-Nya. Diharapkan dengan konsep kepemimpinan ini, para pemimpin dapat memberikan contoh kepada hamba-Nya lewat tindakan melayani yang nyata.
Kepemimpinan-Sahabat (Filiarki)
Sangat disayangkan dalam praktiknya, kita kadang menyaksikan bahwa gereja justru menggunakan alasan “pelayanan” atau “melayani” untuk menuntut seseorang dengan kejam. Hal yang mungkin terlihat adalah wajah yang ditampilkan seolah-olah seperti pelayan, namun praktik yang berlangsung justru menjadi tuan.
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Yohanes 15:15
Model kepemimpinan ini menyatakan bahwa tidak ada lagi yang menjadi hamba, yang ada hanyalah relasi persahabatan. Kepemimpinan berdasarkan model relasi persahabatan menampilkan kepemimpinan ideal Yesus (friend-leadership).
Mewujudkan Kepemimpinan-Sahabat
Untuk mewujudkan model kepemimpinan-sahabat, Sobat Cengkir perlu mengenali dan menghidupi sifat-sifat persahabatan sebagai berikut:
- Berbeda namun setara (different yet equal). Layaknya Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus yang dalam ajaran GKI dipahami melalui teologi Persahabatan Trinitas, kita perlu belajar akan adanya perbedaan tetapi tidak menganggap yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Prinsip relasionalitas yang mempertahankan perbedaan dan kesetaraan perlu kita perjuangkan di tengah kehidupan sosial.
- Komunitas terbuka (open community). Umumnya persahabatan membentuk sebuah komunitas yang memiliki identitas khusus (yang eksklusif). Namun, di sisi lain, komunitas persahabatan yang berakar pada Persekutuan Ilahi adalah komunitas yang terbuka, yang mengundang seluruh ciptaan turut bersekutu di dalamnya. Demikian juga gereja sebagai persekutuan persahabatan harus menjadi komunitas yang terbuka bagi semua orang dari luar dirinya.
- Menarik dan memberi kehidupan (drawing and life-giving). Melalui karya penebusan-Nya, Kristus menarik semua orang kepada Allah. Secara sosial, gereja persahabatan yang mengimani karya penebusan juga terpanggil untuk menjalankan fungsi mediatif dan rekonsiliatif bagi masyarakat pada masa kini yang diwarnai dengan ketakutan, isolasi, dan ketegangan.
***
Lantas model pemimpin mana yang terbaik, apakah menjadi kepala, ekor, atau sahabat? Kiranya Sobat Cengkir dapat mewujudkan apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Kristus yang memimpin kita layaknya sahabat yang berjalan bersama kita.