Renungan Mata Iman

Memaknai Keberagaman Dalam Sudut Pandang Kristus

Hidup di Indonesia tentu harus siap melihat keberagaman. Hal ini jelas tertulis dalam landasan Pancasila, dengan semangatnya Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Keberagaman merupakan sebuah realitas kehidupan kita. Berbagai perbedaan tentu dapat kita lihat dalam berkomunitas, mulai dari: etnis, jenis kelamin, gender, orientasi seksual, agama, nilai yang dihidupi, tingkat pendidikan serta tingkat sosial.

Lantas bagaimana mewujudkan “Tunggal Ika” atau kebersamaan dalam keberagaman? Kebersamaan bukan berarti sebuah relasi yang identik dengan selalu bersama secara fisik, atau secara keseluruhan memiliki kesamaan. Kita dapat memahami kebersamaan sebagai suatu relasi yang dapat mendekatkan setiap insan dengan saling berbagi dan saling menerima. 

Banyak permasalahan dalam negara ini, maupun kehidupan kita berbangsa menjadi lebih mudah diselesaikan jika ada kebersamaan. Sebaliknya, bila kebersamaan terpecah-belah maka akan banyak orang yang akan terluka dan butuh usaha besar untuk mengembalikannya.

Pandangan Alkitab Tentang Keberagaman

Dalam menjalin suatu kebersamaan, kita perlu memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan relasi timbal balik yang saling menguntungkan bagi orang-orang di dalamnya.

karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
Filipi 2:2-4

Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri, setiap orang membutuhkan bantuan orang lain untuk hidup sewajarnya. Mungkin ada orang-orang yang hidup menyendiri, namun orang yang hidup tanpa sesama baik teman, kenalan, tetangga atau saudara, tentu akan mengalami kesulitan. 

Walaupun terkadang teman, kenalan, tetangga bahkan saudara dapat berubah menjadi saingan atau lawan yang kita anggap mengancam posisi kita, maka kita perlu meminimalisir hal tersebut dengan mengutamakan keperluan orang lain.

Rasul Paulus mengajak jemaat di Filipi maupun kita sebagai pembaca di masa kini untuk sehati dan sepikir dengan tidak mencari kepentingan sendiri. Dengan tetap sehati dan sepikir, kita perlu belajar bersikap rendah hati dan mengutamakan kepentingan orang lain lebih dari kepentingan pribadi.

Nasihat rasul Paulus dapat kita wujudkan dengan menaruh pikiran dan perasaan seperti yang terdapat pada Kristus. Kita dapat meniru apa yang dicontohkan oleh Yesus Kristus, yaitu dengan mengosongkan diri. Yesus Kristus mencontohkan bagaimana Dia mengutamakan kepentingan dan keselamatan manusia yang berdosa lalu mati di kayu salib bagi kita manusia.

Mewujudkan Keberagaman dalam Hidup di Indonesia

Di masa menuju pemilu di 2024, tentu perbedaan pandangan politik akan semakin menonjol. Sangat mungkin perbedaan tersebut dapat membuat keriuhan di kalangan masyarakat Indonesia, di gereja atau bahkan di keluarga kita. Lantas bagaimana meresponsnya?

Hargailah pandangan politik setiap orang yang mungkin kita anggap berbeda ataupun “aneh”. Tetap dengarkan apa yang menjadi pendapatnya, tetapi tegurlah ketika teman atau orang yang dekat dengan Anda menjelekkan tokoh politik atau sebuah kelompok.

Menyuarakan pendapat adalah hal yang umum dan seharusnya dilakukan oleh setiap warga negara, termasuk kita umat Kristiani. Hal yang perlu dipertegas adalah cara menyampaikan kritik dengan cara yang sopan baik dalam bertutur kata maupun menyatakannya di kolom komentar di media sosial.

***

Selamat memaknai keberagaman di Indonesia. Kiranya dengan Indonesia yang menginjak usia ke-77, kita sebagai bagian dari negara ini dapat menjadi lebih dewasa menyikapi perbedaan. Sampaikan kasih Kristus yang menyatukan keberagaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?