Praktik Merawat Mental Health Lalui Trauma Duka

Sudah berbulan-bulan melalui masa puncak pandemi, di mana mungkin banyak kerabat dan handai-taulan yang pergi meninggalkan kita. Namun rasa duka yang masih membekas bahkan menjadi trauma, kadang masih dianggap sepele oleh sebagian orang. Agar kita dapat menjadi penghibur yang dapat merawat mereka yang berduka, maka penting bagi kita untuk benar-benar memahami hal-hal yang bersifat praktik.

Trauma Duka yang dirasakan seseorang. pict from pexels

Bagi kita yang minggu lalu telah membaca artikel Menjadi Sahabat Bagi Mereka yang Berduka dan bersedia untuk berperan lebih lagi, maka bacaan berikut akan menolong kita.  Kelas pembinaan “Aku (Masih) Berduka” – Praktik Merawat Mental Health Lalui Trauma Duka yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, menghadirkan pembawa materi Helena K. Lumbantoruan, M.Th selaku Konselor untuk TNI dan keluarganya serta Konselor di Gading Counseling & Empowerment Center.

Menurut American Psychological Association, berduka merupakan penderitaan yang dialami setelah kehilangan yang signifikan. Umumnya rasa duka terjadi akibat kematian orang yang dicintai, penyesalan atas sesuatu yang hilang, penyesalan atas sesuatu yang dilakukan, atau kesedihan atas suatu kecelakaan pada diri sendiri. Harus diakui bahwa tidak semua kehilangan menghasilkan respons kedukaan yang kuat dan tidak semua kedukaan diungkapkan di depan umum. Dampak kedukaan sering kali mencakup tekanan fisiologis, kecemasan perpisahan, kebingungan, kerinduan, obsesif memikirkan masa lalu, dan ketakutan tentang masa depan. Intensitas kedukaan yang mendalam dapat mengancam jiwa melalui gangguan sistem kekebalan, pengabaian diri, dan pikiran untuk bunuh diri

Dalam buku DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), istilah kedukaan dipahami sebagai “gangguan dukacita kompleks yang persisten.” Maka dalam kedukaan kadang terdapat kesedihan berkepanjangan yang berlangsung setidaknya 12 bulan. Sebagian orang yang berduka tidak dapat menerima kenyataan, kepedihan, depresi, kecemasan, rindu, marah berkepanjangan mendominasi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi berduka yang berkepanjangan dapat ditandai dengan perilaku mengurung diri di kamar, kecemasan berlebih, serangan panik, kecanduan, perilaku kekerasan, merasa hidup tiada arti, datar, tanpa tujuan yang jelas, dan tidak bahagia.

Dengan memahami konsep di atas, kita dapat membantu mereka yang berduka dengan melakukan sebuah praktik. Hal yang umum dapat dilakukan adalah membuat grieving graphic yang menjelaskan rasa duka yang dialami dalam kehidupan. Dalam grafik tersebut terdapat garis horizontal dan garis vertikal, di mana garis horizontal menandakan umur-umur tertentu di mana teman Anda mengalami kedukaan; dan garis vertikal mengenai kedalaman rasa duka.

Grieving Graphic yang membantu memahami berbagai kedukaan dalam hidup, pict from pexels

Dalam grafik di atas, teman Anda dapat menuliskan pengalaman kedukaan yang pernah terjadi dan tingkatan kedukaannya. Anda dapat meminta teman Anda untuk bercerita peristiwa kedukaan yang dirasa masih membekas dan memiliki tingkat yang paling dalam. Diskusikan:

  1. Apa yang terjadi?
  2. Apa perasaannya saat itu?
  3. Bagaimana kamu melaluinya saat itu
  4. Apa perasaanmu saat menceritakannya sekarang

Ketika Sobat Cengkir mendengarkan teman yang berduka karena kehilangan orang yang dikasihi, maka pastikan:

  1. Kita berpikir dan merespons perasaannya secara normal, karena kedukaan adalah normal dan bukan patologis.
  2. Izinkan teman Anda membicarakan mengenai kedukaannya.
    Biarkan teman Anda menyebutkan nama sosok yang telah pergi dan bagaimana saat-saat terakhir dengannya.
    Ajak teman Anda bercerita tentang siapa orang yang meninggal. apa yang dia suka dan tidak suka.
    Pesan apa yang dititipkan oleh orang yang telah meninggal kepada teman Anda? 
  3. Pahami rasa bersalah yang dirasakan teman Anda.
    Masuk dalam penyesalannya: apa yang teman Anda katakan atau tidak katakan. Apa yang teman Anda lakukan atau tidak lakukan? Misal merasa buruk, tidak setia, egois, tidak peka terhadap orang yang telah meninggal
    Journaling (semua emosi negatif, penyesalan, keinginan dan harapan)
    Say goodbye: (ijinkan berekspresi) merobek kertas tsb, menaruhnya dalam suatu wadah dan pergi ke suatu tempat untuk membuangnya
Mental Health yang dirasakan ketika mengalami kedukaan. pict from pexels

Jika kehilangan dirasakan sangat berat, bantu teman Anda untuk mengatur dukanya.

  1. Berikan jeda dari atas rasa dukanya – lupakan kehilangannya sementara waktu, tidak membawa dukanya setiap waktu
  2. Masuk dalam rutinitas kedukaan yang direncanakan sebelumnya misal: grieving day 1x sebulan atau lama kelamaan 1-2x setahun. Ajak teman Anda untuk mengisi hari tersebut dengan sehari penuh berduka, memikirkan dan mengingat mengenai orang yang dikasihi, melihat fotonya, menghargai kehadirannya dalam hidup teman Anda. Ritual ini disebut controlling the grief, di mana klien yang memegang kontrol. Hal-hal tersebut menolong menghentikan duka yang terus menerus dengan menyediakan bentuk duka yang terorganisir dan ritual yang teratur.

Sebagai penutup, sebagai orang yang akan mempraktikkan merawat mental health melalui trauma duka, tetap landaskan tindakan kita pada firman Tuhan. Ketika Tuhan Yesus berkata “Berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur,” (Mat 5:4) maka biarlah kita dapat menjadi penghibur yang tepat bagi teman Anda. Tuhan Yesus juga telah memperingatkan kita, bahwa “Dalam dunia kamu akan menderita penganiayaan,” (Yoh 16:33) sehingga kita perlu saling menopang satu sama lain. Masih terdapat banyak ayat dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Tuhan membawa kebaikan dalam kehidupan orang Kristen melalui penderitaan dan kehilangan. Kiranya kehadiran Sobat Cengkir dapat menjadi perpanjangan Allah sebagai pelipur lara yang merawat jiwa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?