Mata Iman #697: BACK TO THE FUTURE

MATA IMAN #697
Kamis 24 Februari 2022

Bacaan: Pengkhotbah 7:8-14
Nas: Janganlah mengatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu. (Ayat 10)

BACK TO THE FUTURE

Wajah mantan penguasa itu banyak terpampang di stiker pada angkutan umum hingga penutup belakang truk. Dengan senyumnya yang khas, menyapa: Bagaimana kabarnya? Lebih enak zamanku dulu ‘kan? Yang jelas, waktu tidak berjalan mundur, namun bukan mustahil kita mengulangi kesalahan karena tidak belajar dari sejarah. Sebaliknya, jika Anda gagal move on, tidak menambah skill, atau tidak beradaptasi dan tidak siap menghadapi perubahan zaman, kelak, atau bahkan sedang terjadi, Anda merasa “nyasar” dan sulit beradaptasi.

Pandemi Covid-19 dan teknologi membentuk kebiasaan baru yang menuntut kita harus beradaptasi. Dalam teori Difusi Inovasi, Everett Rogers mengkategorikan berbagai tipe manusia saat menghadapi perubahan: Innovator sebagai pelopor, diikuti Early Adopter yang cepat beradaptasi, Early Majority yang kemudian mengikuti, lalu Late Majority yang menyusul menerima perubahan belakangan, hingga Laggard atau yang paling ketinggalan, dalam kurva membentuk distribusi normal. Anda termasuk yang mana?

Bernostalgia dan ingin kembali ke masa lalu, identik dengan sikap infantil, atau kekanak-kanakan. Rasanya ada penyesalan, atau “ada yang belum selesai” hingga kecenderungan menyalahkan kondisi sekarang dan menjadi pesimis. Masa depan memang tidak pasti, dan Tuhan menyembunyikannya (ayat 14), namun kita juga beriman bahwa Tuhan merancangkan hal yang baik.

Zaman berubah dan nilai-nilai bergeser, namun berbagai prinsip yang baik dari Firman Tuhan harus tetap kita jaga. Mari kita hadapi perubahan zaman ini dengan hikmat, dan persiapkan generasi berikutnya untuk belajar hal-hal baru untuk bisa survive, karena masa depan tidak akan sama seperti ketika dahulu Anda pernah muda. (YOD)

==

Anakmu bukanlah anakmu
Mereka putera-puteri Kehidupan yang rindu kehidupan itu sendiri

Mereka datang melaluimu namun bukan darimu. Dan meski mereka bersamamu namun mereka bukan milikmu

Kau boleh memberi mereka cinta tapi bukan pikiranmu. Sebab mereka punya pikiran sendiri

Kau bisa memberi tempat bagi raga tapi tidak bagi jiwa mereka. Sebab jiwa mereka hidup di rumah esok yang takkan mampu kau singgahi sekalipun dalam mimpi

Kau boleh berikhtiar untuk menjadi diri mereka namun jangan pernah berupaya menjadikan mereka seperti dirimu. Sebab hidup tak berjalan mundur ataupun teronggok di masa silam

(Tentang anak-anak, dari novel “Sang Nabi”, karya Kahlil Gibran)

 

——————
Informasi seputar GKI Kelapa Cengkir
dapat diakses melalui :
https://linktr.ee/gkikelapacengkir
Whatsapp by wa.me/+6281388901368

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?