“Nilai Bahasa Inggris kok dapat 7?! Lihat tuh anak tetangga sebelah, nilainya 9!”
Pemahaman Alkitab seri “Toxic” pada minggu kelima di bulan Agustus lalu, bertemakan Toxic Parents yang dilayani oleh Pdt. Gatot Pujo Tamtama. Toxic parents merupakan orang tua yang melakukan tindakan-tindakan tertentu yang tanpa sadar dapat membebani psikologis anak.
Racun yang biasanya terjadi dalam hubungan orang tua dan anak, seperti tuntutan orang tua kepada anaknya, perhatian yang diberikan kurang, kebebasan yang diberikan orang tua tanpa ada batas, dan lain sebagainya.
Ayah dan ibu punya peranan yang sama untuk mendidik anak. Jangan sampai mendidik anak diserahkan ke pihak ibu saja lalu ayah lepas tangan. Ketika anak beranjak usia remaja, ia akan punya tugas mempertegas identitasnya. Menariknya, ketika anak usia > 19 tahun, yang mereka dengarkan yaitu nasihat idolanya. Ayah ibunya bahkan sering dibantah.
Maksud hati mendidik dan mengasuh supaya menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Tetapi ternyata yang terjadi justru anak menjadi ragu-ragu dalam bertindak dan rendah diri.“Nilai Bahasa Inggris kok dapat 7?! Lihat tuh anak tetangga sebelah, nilainya 9!” Ini salah satu toxic parents yaitu suka membanding-bandingkan dengan orang lain atau kakak-adiknya.“Sudah nggak usah nangis. Gitu aja kok nangis. Cengeng!” Hal ini juga menandakan orang tua melarang anaknya mengekspresikan kemarahan, kesedihan, dan emosi negatif dalam dirinya. Orang tua yang toxic sebenarnya bisa disadari atau tidak. Bahkan ada yang karena punya luka-luka di masa lalu, kemudian diteruskan kepada generasi selanjutnya yang menyebabkan awal mula toxic itu muncul.
Jika kita buka Alkitab di surat Efesus 6:4 “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu.” Pada ayat ini, ditekankan bahwa kita diselamatkan karena kasih Allah, bukan karena perbuatan baik kita. Allah di dalam Kristus berkenan untuk mempersatukan dan mendamaikan kita menjadi satu tubuh Yesus. Sebagai tubuh Kristus seharusnya hidup sebagai anak-anak terang. Salah satunya diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, khususnya orang tua.
Jadi, didiklah anak-anak kita di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Untuk para anak-anak, tetap hormatilah orang tua. Sekalipun ada racun atau luka di dalamnya, karena tidak ada “mantan orang tua”. Arti hormat itu berbeda dengan taat dan menyembah maka ketika kita menyadari ada racun tidak perlu diteruskan ke generasi selanjutnya.
Mari kita gunakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk menjadi lebih baik.