toxic femininity
Renungan Mata Iman

Merdeka Bersama Kristus dari Toxic Femininity

“Perempuan bertanggung jawab mendidik anak!”

Siapa yang setuju kalau hanya perempuan saja yang bertanggung jawab mendidik anak?

Pemahaman Alkitab (PA) seri “Toxic” pada minggu kedua di bulan Agustus ini, bertemakan Toxic Femininity yang dilayani oleh Pdt Linna Gunawan (GKI Kayu Putih). Setelah minggu lalu kita membahas Toxic Masculinity, kalau Toxic Femininity apa sih maksudnya? Toxic femininity atau feminitas toksik adalah standar yang dianggap normal oleh masyarakat tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan atau dimiliki perempuan—yang sebenarnya ‘beracun’ karena menghalangi perempuan untuk maju dan berkembang.

Sebagai pembuka pada pemahaman Alkitab kali ini, Pdt Linna Gunawan memberikan gambaran terkait ucapan-ucapan toxic yang sering diterima kaum perempuan. Misalnya, “Perempuan cantik harus dandan!”, “Perempuan harus kurus!”, “Perempuan tidak perlu sekolah tinggi”, hingga kerap kali disebut ‘pelakor’. Melihat betapa ekstrimnya ujaran-ujaran yang menyakitkan hati perempuan, Pdt Linna mengajak peserta PA bersama-sama membaca Alkitab dari Ester 1:1-22 berjudul “Ratu Wasti Dibuang”.

Sebelum membahas Toxic Femininity lebih jauh, kita diajak untuk memahami ‘toxic circle’. Pertama diawali dengan ketakutan, kemudian lahirlah korupsi kekuasaan, dan terakhir muncul klaim-klaim pembenaran. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Setara bukan seragam (Kejadian 1:27)

toxic femininity

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan berarti tidak bisa setara. Sebab, konsep Allah menciptakan manusia itu kesetaraan bukan keseragaman. Jadi, berbeda itu bukan berarti yang satu lebih unggul.

 

Penolong yang sepadan (Kejadian 2:22)

toxic femininity

Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan itu untuk menjadi penolong yang sepadan. Jadi, ketika misalnya ada pernyataan “Perempuan yang leg workout benefits hanya mendidik legal testosterone cypionate for sale anak,” itu salah! Laki-laki seharusnya juga demikian sebagai suami. Contoh lainnya, misal untuk yang bertanggung jawab soal ekonomi keluarga itu semuanya laki-laki karena dia kepala keluarga. “Oh bukan. Kalau memang ini dibutuhkan, istri juga bertanggung jawab atas ekonomi keluarga. Walaupun ada juga istri yang jabatannya lebih tinggi dari suami, it’s okay. Toh dia bekerja juga untuk keluarganya bersama-sama. Sekali lagi, ini pemahaman penolong yang sepadan,” Pdt Linna.

 

Tuhan mencintai kemerdekaan (Galatia 5:1)

toxic femininity

Poin terakhir, Tuhan sejak awal menciptakan dunia ini mengatakan, “Semuanya sungguh amat baik”. Karena itu, pertama kalinya manusia jatuh ke dalam dosa, Yesus hadir untuk memerdekakan. Jadi, jangan sampai kita masih terjerat dalam penindasan, baik menindas orang lain atau mau ditindas dari pihak manapun juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?