Toxic Masculinity: Laki-laki Dilarang Menangis?
“Aku bukanlah superman. Aku juga bisa nangis…”
Penggalan lirik di atas adalah bagian dari lagu “Aku Bukanlah Superman” yang dipopulerkan The Lucky Laki. Mengutip dari lirik tersebut, mengingatkan kita akan toxic masculinity.
Pemahaman Alkitab seri “Toxic” sudah dimulai pada minggu pertama di bulan Agustus ini, dengan tema Toxic Masculinity yang dilayani Pdt.Gatot Pujo Tamtama. Toxic masculinity ini dikaitkan dengan nilai-nilai yang dianggap harus ada dalam diri seorang pria, seperti pria harus kuat, tidak boleh lemah, dan tidak boleh menangis.
Padahal beberapa tokoh Alkitab laki-laki pun dalam cerita menunjukkan ekspresinya ketika sedih dengan menangis. Misalnya, kisah yang terjadi di dalam Yohanes 11:35 berbunyi “Maka menangislah Yesus.”
Kembali lagi bahwa kaum laki-laki dapat belajar dari sejumlah tokoh Alkitab untuk menghindar dari toxic masculinity. Pdt.Gatot Pujo Tamtama memberikan contoh negatif relasi antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya terambil dari 2 Samuel 3:14-16, di mana perlakuan Daud terhadap Mikhal yang beristri lebih dari 1, sehingga Mikhal pun tidak diperlakukan sebagaimana menjadi seorang istri.
Sementara, contoh positif dari relasi antara laki-laki dan perempuan ditunjukkan Yesus yang duduk di pinggir sumur Yakub. Lalu datanglah seorang perempuan Samaria yang hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya, “Berilah Aku minum.” Maka perempuan itu menjawab, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) (baca Yohanes 4:4-9).
Sobat Cengkir, melalui topik Toxic Masculinity ini, para laki-laki mulailah membangun relasi sehat dengan perempuan. Belajarlah menyalurkan emosi secara tepat. Apabila kamu merasa sedih, belajarlah untuk mengakui sama halnya dengan lagu “Aku Bukanlah Superman.”