Menjadi Manusia Paskah Yang Menemani Lainnya Dalam Perjalanan Iman – Refleksi Ibadah Paskah
Selama masa pandemi, ada satu aktivitas yang kembali digemari oleh banyak orang, yaitu bersepeda. Adakah Sobat Cengkir menjadi salah satu peminatnya?
Bersepeda tentu menyenangkan, apalagi jika ada pesepeda lain yang menemani, entah keluarga, rekan kantor, teman sepelayanan atau orang dalam satu komunitas. Baik itu bersepeda di terik matahari atau pancaran rembulan, jika ada orang yang menemani, kita akan lebih merasa aman karena dapat saling menjaga, mengingatkan jika ada bahaya mengancam dan juga rasa kepastian Selain rasa aman, kita tentu juga senang dengan adanya obrolan yang sesekali terucap di kala sepeda dikayuh lebih santai.
Perasaan aman dan berpengharapan inilah yang juga seharusnya dirasakan ketika kita terus memaknai Paskah dalam perjalanan hidup. Sebagai orang beriman, Sobat Cengkir mungkin tak luput mengalami kehidupan pasang surut, terlebih setahun ke belakang ini. Bertanya tentang eksistensi Tuhan sebagai penolong akhirnya terlintas dalam benak kita.
Nyatanya, Tuhan turut hadir dalam hidup kita. Walaupun mata ragawi kita terbatas untuk memandang-Nya, dengan memekakan mata iman, kita akan sadar bahwa Tuhan juga ikut hadir dan merasakan kondisi tersuram dalam hidup manusia. Peristiwa Jumat Agung yang telah kita rayakan di mana Ia menderita adalah bukti Kristus turut menderita sebagai manusia.
Dalam momen Paskah, di mana Yesus bangkit, menemui Maria Magdalena dan para murid lainnya adalah momen yang mengubahkan diri menjadi Manusia Paskah. Yesus menyatakan bahwa kita dan seluruh umat-Nya dapat berharap akan Dia yang hidup. Bahkan ketika Yesus menemani dua orang murid berjalan ke Emaus, merupakan bukti bahwa dia juga turut berjalan bersama manusia lainnya yang hilang harapan. Dan Ia berharap mata kita tercelikkan sehingga kita sadar bahwa diri kita juga merupakan Manusia Paskah, yang berpengharapan.
Ketika kita sudah hidup dalam harapan akan Kristus yang bangkit dan akan naik ke Surga demi menyiapkan penolong bagi kita, apakah kita dapat menjadi Manusia Paskah yang menemani lainnya dalam perjalanan iman? Marilah kita menjadi manusia yang berpengharapan, tekun melakukan firman Allah, dan memilih merawat kehidupan untuk menyampaikan berita sukacita kepada mereka yang imannya sedang surut.