Sekali-lagi untuk seluruh Majelis Jemaat dan anggota GKI. Kelapa Cengkir saya ingin mengucapkan selamat hari natal 25 Desember2020 dan tahun yang baru 1 Januari 2021, Tuhan memberkati. Kata ”imanuel” sudah sangat popular. Hampir tidak ada yang tidak mengerti artinya, yang ternyata diambil dari Matius 1:23, yang berasal dari 2 kata Ibrani yaitu Imanu = orang pertama jamak, atau yang lebih sering kita terjemahkan dengan “kita”, dan kata “el”, yang artinya Allah, dengan demikian imanuel artinya adalah “Allah dengan kita’ atau lebih sering diartikan dengan “Allah beserta kita”.
ALLAH MEMPERHATIKAN KITA
Yang menjadi pertanyaan adalah apa artinya atau makna yang terkandung di dalamnya. Bagi saya kata Imanuel atau Allah beserta kita, menunjukan perhatian Allah kepada kita. Melalui peristiwa natal Allah memproklamirkan bahwa sesungguhnya Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Ia tidak menyertai kita dari atas, tetapi Ia berkenan turun di tengah-tengah kita, tinggal ditengah-tengah kita. Ia berada bersama kita.
Kalau ini maknanya, natal sungguh-sungguh menjadi kabar baik bagi kita. Allah yang menciptakan segala sesuatu dan memegang segala kuasa ada di tengah-tengah kita. Lalu apa yang kita takuti lagi. Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak bisa kita hadapi bersama-sama Dia yang tinggal di tengah-tengah kita. Demikian juga halnya dengan pandemi. Memang pandemi covid 19 sangat menakutkan karena penularannya yang sangat cepat dan banyak merenggut nyawa, tetapi peristiwa natal nau mengatakan bahwa kita tidak sendirian. Dan yang bersama-sama dengan kita adalah Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dan yang memegang segala kuasa.
Tetapi sekaligus itu adalah sebuah panggilan, yaitu agar kita juga ada bagi sesama kita. Kita dipanggil untuk memperhatikan sesama kita, khususnya mereka yang berada dalam kesulitan atau sedang berbeban berat. Kita tidak sekedar menjadi sahabat tetapi sahabat yang selalu siap untuk menolong sesama kita.
ALLAH SOLIDER TERHADAP KITA
Allah beserta kita, adalah juga “inkarnasi Allah”.Ia tidak bersama-sama dengan kita dalam posisi sebagai Allah yang memgang segala kuasa, tetapi Ia telah mengosongkan diri sedemikian rupa dan menjadi manusia (bandingkan dengan Filipi 2:7). Ini juga sama dengan yang diberitakan Yohanes dalam Yohanes 1:14. Pertanyaan yang segera muncul adah, mengapa Ia yang menciptakan segala sesuatu dan yang memegang segala kuasa berkenan melakukan inkarnasi. Jawabnya sangat sederhana yaitu karena kasihnya kepada kita. KasihNya kepada kitalah yang menyebabkan Dia rela mengosongkan diri, meninggalkan segala kuasa dan kemuliaanNya, menjadi sama dengan kita, bedanya adalah Dia tidak pernah jatuh kedalam dosa.
Itu berarti sekali lagi natal adalah sebuah kabar baik. Karena kasihNya, Ia begitu memperhatikan kita bukan sekedar melalui penyertaanNya, tetapi juga melalui inkarnasinya, dimana Dia ikut merasakan kesusahan dan kesakitan kita. Karena Ia dapat merasakan kesusahan dan kesakitan kita, Ia dapat juga menjadi penolong yang sejati bagi kita. Karena itu sekali-lagi tidak ada hal yang kita takuti.
Itu berarti natal tidak hanya kabar baik bagi kita yang karena kasihNya begitu memperhatikan kita, tetapi juga tugas pengutusan bagi kita. Natal adalah jari telunjuk yang mengatakan bahwa kita dipanggil untuk solider terhadap sesama kita khususnya yang tertindas, terkesampingkan dan lemah. Itu berarti kita dipanggil untuk tertawa dengan mereka yang tertawa, tetapi menangis dengan mereka yang menangis. Di tengah-tengah pandemi ini dimana banyak sesama kita yang bersedih karena harus kehilangan orang yang begitu mereka kasihi, dapatkah kita bersuka-cita karena natal. Natal justru memanggil kita untuk menangis bersama-sama dengan mereka. Ditengah-tengah pandemi dimana banyak sesama kita yang menjadi korban baik karena covid 19 maupun dampak serius terhadap ekonomi, dapatkah kita tetap berpesta karena natal? Itu sebabnya natal kita menjadi sangat sederhana dan jauh dari hingar-bingar pesta.
Tetapi natal sama sekali tidak menghilangkan sisi sukacitanya, karena melaluinya, kita melihat Allah yang menciptakan segala sesuatu dan memegang segala kuasa solider terhadap kita. Ia mengerti kesedihan dan kesakitan kita. Ia ada untuk kita, bahkan yang lebih istimewa lagi Ia berkenan menjadi manusia biasa dan rela menderita di kayu-salib karena dan untuk dosa-dosa kita. Mudah-mudahn tulisan ini menjadi berkat untuk kita semua.
Pdt. Em. A. Kermite