GKI Kelapa Cengkir merayakan ulang tahunnya yang ke-20 pada 9 September 2020 lalu. Salah satu bentuk perayaan adalah Temu Kangen Pendeta GKI Kelapa Cengkir pada 10 September 2020 dengan bentuk bincang-bincang bersama pendeta yang sedang dan pernah melayani jemaat GKI Kelapa Cengkir dan menjawab pertanyaan. Dalam kesempatan tersebut, beberapa pertanyaan telah terjawab, dan ada beberapa pertanyaan yang dijawab melalui artikel ini.
Apakah menegur saudara seiman di gereja itu boleh walaupun pada akhirnya teguran itu dianggap “keras”? Semisal terjadi perselisihan di antara anggota jemaat akibat teguran itu, biasanya apa langkah yang akan diambil gereja?
Gereja bukanlah komunitas orang-orang suci, tetapi persekutuan orang-orang yang beriman kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Setiap insan memiliki perbedaan latar belakang dan pemahaman, sehingga perselisihan sangat mungkin terjadi, termasuk di dalam gereja. Jemaat perdana di kota Yerusalem pada saat itu, juga mengalami perselisihan di antara para anggota jemaatnya. Namun, mereka bisa mengelola perselisihan dan dampaknya yaitu firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak (Kis. 6:1-7).
Tentu, kita tidak perlu mencari-cari perkara supaya terjadi perselisihan dalam jemaat. Namun, apabila hal itu terjadi maka kita perlu mengelolanya dengan bijaksana. Bagaimana caranya? Jika ada perselisihan, maka belajarlah untuk mengakui bahwa memang ada perselisihan. Itu juga yang dilakukan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Pada bagian awal suratnya, ia menyoroti fakta: “Bahwa ada perselisihan di antara kamu.” (1 Kor. 1:11). Kita pun perlu untuk belajar mendengarkan daripada menuntut untuk didengarkan serta berupaya untuk mengendalikan perkataan kita sebagaimana nasihat dalam surat Yakobus.
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi (Yak. 1:19, 3:9-10).
Oleh karena para anggota jemaat mempunyai perbedaan latar belakang, tentu kita perlu melakukan penyesuaian dengan orang yang kita ajak berbicara. Mulai dari pemilihan diksi, nada naik turunnya suara, penekanan dan volume suara, perlu menjadi perhatian. Namun, selembut dan sehalus apa pun sebuah teguran kepada seseorang, janganlah dilakukan di depan umum. Sampaikanlah teguran di bawah empat mata (Mat. 18:15). Jika teguran tersebut tidak berhasil bahkan mengakibatkan perselisihan antara pihak yang ditegur dan yang menegur, maka Sobat Cengkir dapat menyampaikannya kepada pendeta sehingga ada langkah konkret yang akan dilakukan baik konseling pastoral atau mediasi konflik. Sobat Cengkir, marilah kita saling mendukung, membimbing, menilik, menegur, menyembuhkan, dan mendamaikan agar kita semua senantiasa memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.