MATA IMAN #248
Sabtu 28 November 2020
Ayat bacaan: Ratapan 1:1-22
Nas: Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar. (ayat 20)
NANTI KITA SAMBAT TENTANG HARI INI
Sambat, atau mengeluh, kerap menjadi hal yang dilarang oleh beberapa orang Kristen. Kita sering diajarkan untuk terus menerus bersyukur, baik dalam kondisi susah atau senang. Nyatanya, ada situasi tidak menyenangkan yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita, dan keluhan secara tak sengaja terucap dari mulut kita. Akhirnya, keluh-kesah keluar, yang berlanjut dengan menyalahkan orang lain.
Dalam sejarah kehancuran bangsa Israel, sekitar tahun 586 SM, Yerusalem sedang dalam masa kehancuran. Yeremia, sebagai seorang saksi, menceritakan kesedihannya ketika kota yang dibanggakan oleh Israel jatuh dalam penjajahan musuh, banyak penduduk yang meninggal karena penyakit maupun dibunuh oleh musuh, harta benda dirampas, dan dirinya mengalami trauma.
Kesengsaran tersebut membuat Yeremia sambat, sehingga tertulislah kitab Ratapan, yang berisikan kesedihan. Bukan sekadar berkeluh-kesah menjelekkan dan menyalahkan orang lain, Yeremia menyampaikan sambatnya kepada Tuhan, Sang Pemegang Kehidupan. Ia tahu, kepada siapakah harus bercerita dan menyampaikan kepenatan hidup, agar bisa terus berharap.
Apakah Sobat Cengkir sedang mengalami kepedihan? Ambillah waktu untuk sambat secara bijak, baik kepada Tuhan, maupun kepada orang yang Tuhan percayakan bagi kita. (AS)
Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitam, semoga ada yang menerangi sisi gelap ini, menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda – Efek Rumah Kaca
———————-
Informasi seputar GKI Kelapa Cengkir dapat diakses melalui :
Whatsapp by wa.me/+6281388901368
Website (http://gkikelapacengkir.org)
Instagram (@gkikelapacengkir)