Beragama dengan Akal Sehat
Yesaya 58:1-9, Mazmur 112:1-10, 1 Korintus 2:1-11, Matius 5:13-20
Beragama tanpa akal sehat telah ditunjukkan dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dan Pilpres 2019 dengan maraknya politik identitas. Politik identitas menunjuk pada upaya membangun jargon-jargon politik dengan menonjolkan perbedaan identitas, termasuk perbedaan agama. Dampak dari politik identitas itu membuat masyarakat seolah-oleh terbelah: Kami vs Kalian.
Orientasi hidup manusia yang terjebak dalam politik identitas tertuju kepada diri sendiri, atau pada kelompoknya sendiri. Politik identitas juga membuat para pengikutnya menjalani kehidupan keagamaan secara emosional. Pihak lain yang dianggap tidak sama akan dipandang sebagai musuh dan harus dilawan. Jargon seperti: “ Jika kamu tidak memilih A, maka kamu tidak masuk surga” atau “Menangkanlah kami ya Allah, karena bila kami kalah, maka tidak akan ada lagi yang akan menyembahMu”, berhasil mengaduk-aduk emosi para pengikutnya. Di sini, akal sehat tenggelam oleh sikap emosional.
Di dalam konteks seperti itulah, kita belajar tentang salah satu pengajaran Yesus Kristus dalam khotbah di bukit yaitu: Kamu adalah garam dunia dan terang dunia. Yesus menghendaki agar kehidupan keagamaan yang dijalani oleh para muridNya harus membawa pengaruh dan dampak positif bagi kehidupan ini.
(Sumber: Dian Penuntun)
(GPA, 09-02-2020)