Kebahagiaan dalam Kerajaan Allah
Mikha 6:1-8, Mazmur 15, 1 Korintus 1:18-31, Matius 5:1-12
Dalam hidup ini kebahagian adalah hal yang dicari setiap orang. Bahkan ada pemeo yang mengatakan “tidak perlu kaya , yang penting bahagia“. Seperti dikatakan oleh Bill Gates, kekayaan tidak selalu membuat orang bahagia. Memang kekayaan dan kebebasan finansial sangat memudahkan dalam hidup, tetapi sumber kebahagiaan bukanlah hanya materi. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa sumber kebahagiaan didasarkan pada sebuah keadaan. Keadaan yang bagaimana? Keadaan yang baik, tenang, senang , makmur dan sejahtera. Lalu , bagaimana jika semua hal itu tidak kita alami, apakah kita masih bisa merasakan bahagia? Dalam pergumulan berat, penderitaan, kelemahan, kekurangan , apakah kita masih bisa merasakan bahagia?
Sejatinya, kebahagiaan berasal dari Tuhan yang dianugerahkan kepada setiap umat yang dapat teguh dalam iman dan hidup benar di hadapanNya. Siapa pun bisa merasakan bahagia, tanpa memandang status sosial atau keadaan ekonomi, karena kebahagiaan adalah sebuah anugerah yang Tuhan berikan, bukan saja menyangkut kehidupan kini dan di sini, tetapi juga pada kehidupan kekal di dalam Allah dan kerajaanNya.
Ucapan berbahagia yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Matius 5 : 1-12 memang sulit dipahami oleh dunia pada umumnya. Pandangan bahagia dalam dunia berbeda dengan ucapan yang disampaikan Tuhan Yesus, sehingga wajarlah ucapan berbahagia ini menjadi salah satu dari sekian banyak perkataan Yesus yang sulit untuk dimengerti. Bagaimana tidak, bagi orang yang susah karena kemiskinan, dukacita, kelaparan dan penganiayaan , tentunya sulit untuk
dapat merasakan bahagia. Perasaan yang muncul cenderung putus asa dan hilang harapan.
Pengajaran Tuhan Yesus mau menggeser pengertian bahagia yang selama ini dipahami dunia dan mengarahkannya pada arti kebahagiaan dalam kerajaan Allah. Apa yang bagi dunia sebuah penderitaan dan kesusahan seperti kemiskinan, dukacita, kelaparan, penganiayaan, dalam kerajaan Allah semua itu dapat dilihat sebagai suatu kebahagiaan sebab ada janji Allah yang diberikan bagi orang percaya. Kita harus menjalani hidup dengan tetap mempertahankan nilai nilai kebenaran dalam kerajaan sorga, yaitu dengan memelihara iman yang tertuju pada Allah dengan dan dengan sikap hati yang benar. Sikap hati yang diungkapkan Tuhan Yesus seperti lemah lembut, murah hati, suci hati, membawa damai, selalu bersukacita, adalah kunci dalam menghadapi berbagai penderitaan dan kesusahan. Sehingga siapapun, jika memiliki sikap hati yang benar dalam penderitaannya, sebagaimana yang dinyatakan Yesus, ia dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena kebahagiannya bukan bersumber dari keadaan yangdialami tetapi bersumber dari Allah.
Marilah kita selalu memohon kekuatan dari Tuhan, agar kita dapat memelihara iman yang benar
sehingga dapat bersikap dengan benar sesuai dengan kehendakNya.
(Sumber: Dian Penuntun) (KKO, 02-02-2020)