Kegigihan Mengubah Keadaan
(Kejadian 32:22-31 ; Mazmur 121 ; 2 Timotius 3:14 – 4:5 ; Lukas 18:1-8)
Saat ini di era teknologi, segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Apalagi ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi. Dalam hitungan detik, kita bisa mengetahui segala sesuatu yang terjadi di belahan dunia lain. Perkembangan ini menggembirakan, tetapi di sisi lain kemajuan ini menimbulkan persoalan yang serius. Kondisi ini menyebabkan banyak orang memiliki mental yang gampang menyerah.
Injil Lukas 18 mengungkapkan tentang perumpamaan yang sangat natural tentang hakim yang tak benar terhadap seorang janda yang mewakili kelompok miskin dan tak berdaya, yang mendapatkan perhatian oleh karena ketekunan dan kegigihannya. Hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati orang lain, tetapi berkuasa menentukan apa yang salah dan benar. Yesus senantiasa mengajarkan kepada murid-muridNya mengenai kegigihan sekaligus kepercayaan yang besar, meskipun mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan dengan cepat dan mudah.
Sosok Yakub dengan gigihnya memperoleh berkat Allah. Ia tidak membiarkan seorang laki-
laki yang dipercaya sebagai teofani (penampakan Allah), meninggalkannya sebelum ia memberikan berkat. Walaupun sebenarnya ia sudah menerima berkat kesulungan, yang ia peroleh dengan cara menipu ayah dan saudaranya. Allah justru memulihkan kehidupan Yakub secara utuh.
Sebagai anak-anak Allah, tugas dan panggilan kita hanya dapat bermakna saat kita setia di dalam tugas panggilan tersebut hingga akhir, meski jalan yang ada di depan kita tak selalu mudah. Seperti yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius agar tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan diyakini dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya (2 Tim 3:14). Ia juga memberikan nasihat dalam 2 Timotius 4:5 yang berbunyi demikian: “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”.
Panggilan untuk bertekun dan hidup setia di dalam tugas panggilan kita, serta percaya bahwa Allah mengindahkan dan memperdulikan kita di dalam segala keadaan, tetap bergema pada masa kini.
(Disarikan dari Dian Penuntun)
(PAT, 20 Okt