Diakonia
Sama seperti bulan yang lalu masalah Diakonia inipun pernah dibahas sebelumnya (dengan judul pelayanan). Lalu apakah akan terjadi duplikasi? Mungkin saja, tetapi tentunya diusahakan bahwa pembicaraan ini bukan merupakan duplikasi sehingga bagian ini bukan merupakan pengulangan dari apa yang telah dibicarakan sebelumnya. Diakonia ini di dalam Tata Gereja GKI tidak ada lagi, tetapi jangan salah paham, meskipun jabatan dikonia tidak ada, tetapi pekerjaan dikonia tetap ada. Sama seperti bersaksi Diakonia bukan hanya tugas panggilan tetapi juga merupakan hakikat, maksudnya gereja yang tidak berdiakonia, bukanlah gereja lagi.
Kesaksian dan pelayanan adalah dua segi atau aspek dari tugas pengutusan gereja Kristen di dunia ini, mereka memang dapat dibedakan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus dijalankan bersama. Kesaksian tanpa pelayanan adalah omong kosong, tetapi pelayan Kristen tidak mungkin tanpa kesaksian. Kesaksian lebih menekankan kata-kata, sebaliknya pelayanan lebih menitik beratkan perbuatan. Memang kelihatannya diakonia bisa diakonia kedalam (kepada anggota jemaat – Galatia 6:10) tapi bisa juga keluar (kepada orang-orang yang bukan anggota jemaat, bahkan yang bukan beragama Kristen sekalipun). Tetapi sesungguhnya diakonia kedalam lebih sebagai persekutuan. Dengan kata lain pelayanan diakonia adalah kepada siapa saja yang membutuhkan
BIDANG YANG ANTARA LAIN KITA/GEREJA TERPANGGIL MEWUJUDKAN PELAYANAN
Kesehatan
Melalui pelayanan dibidang ini kita/gereja ikut serta menyehatkan masyarakat. Justru ketika kita/gereja menyadari bahwa masyarakat disekitar kita banyak yang sakit, kita/gereja makin terpanggil untuk mewujudkan pelayanan dibidang kesehatan ini. Kalau kita/gereja mampu kita/gereja dapat mendirikan rumah sakit atau mungkin lebih sederhana membuat poliklinik. Tidak mempunyai anggota yang adalah seorang dokter atau tempat-tempat untuk mendirikan poliklinik, tidak boleh menjadi alas an kita/gereja tidak melakukan pelayanan kesehatan. Kita/gereja dapat melibatkan orang lain, bahkandengandokter yang bukan Kristen sekalipun. Setidak-tidaknya kita/gereja dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan murah. Ini penting karena kesehatan sekarang sangat mahal dan sering tak terjangkau.
Sosial
Yang saya maksud adalah pelayanan yang ditujukan kepada mereka yang sering terabaikan, misalnya dengan mendirikan rumah-rumah piatu, panti-panti werda/orang tua atau membuat sekolah-sekolah bagi anak-anak yang cacat mental atau cacat fisik (difable), juga melalui community development untuk masyarakat yang miskin. Melalui pelayanan ini kita/gereja sebetulnya sedang terlibat dalam usaha-usaha pembangunan masyarakat.
Pendidikan
Melalui pelayanan ini kita/gereja ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang juga merupakan salah satu dari cita-cita bangsa kita. Pelayanan ini dapat kita lakukan misalnya dengan mendirikan sekolah-sekolah entah itu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), maupun Perguruan Tinggi dan pendidikan-pendidikan informal atau setidak tidaknya baesiswa atau mendukung sekolah-sekolah yang ada.
Kebudayaan
Melalui pelayan ini kita/gereja juga ikut memberi perhatian kepada masalah-masalah budaya. Melalui pelayanan ini sebenarnya kita/gereja melayani pengembangan kebudayaan bangsa kita. Misalnya dengan mengadakan usaha-usaha yang bersifat kreatif positif dibidang sastra, kesenian dan lain-lain.
Politik
Tentu saja kita/gereja tidak ikut serta dalam politik praktis, tapi sebagai bagian dari masyarakat tidak bisa kita mengabaikan pelayanan dibidang politis (bandingkan dengan Mukadimah Tata gereja dan Tata Laksana GKI dimana dikatakan bahwa gereja dan Negara mempunyai tugas dan tanggung-jawab sendiri-sendiri dan karena itu tidak boleh saling ikut campur satu dengan yang lain). Pelayanan ini dapat kita lakukan misalnya dengan ikut dalam usaha-usaha mengembangkan suasana demokratis, ikut berjuang dalam bidang keadilan dan hak azasi manusia, memberi nasihat-nasihat hokum kepada mereka yang membutuhkan dan lain-lain.
PERBEDAAN ANTARA PELAYANAN DIAKONIA DAN FILANTROPIS (KEMANUSIAAN)
Kalau kita melihat bidang-bidang pelayanan Diakonia maka tentu kita bertanya apa bedanya pelayanan diakonia dan filantropis. Pelayanan filantropis didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan sedangkan pelayanan diakonia didasarkan pada kasih Allah didalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Memang yang dilakukan sama, tetapi apa yang mendorong sangat berbeda.
IKUT MENDIRIKAN TANDA-TANDA KERAJAAN ALLAH
Kalau kita perhatikan berita-berita baik dalam Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, juga tanda-tanda ajaib yang Tuhan Yesus berikan bukan sekedar pamer kekuasaan tetapi selalu mempunyai tujuan yaitu menunjuk kepada Kerajaan Allah. Pelayan diakonia pun mempunyai tujuan yaitu ikut mendirikan tanda-tanda kerajaan Allah. Kalau Allah memerintah sebagai raja, maka penderitaan manusia (misalnya penyakit dan kemiskinan) akan dihentikan. Jadi melalui pelayanan diakonia kita/gereja memberitakan bahwa didalam dan melalui kedatangan Yesus yang pertama, Kerajaan Allah telah datang.
KEPADA SIAPA PELAYANAN DIAKONIA DITUJUKAN
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kepada siapa pelayan dikonia ini ditujukan. Jawaban cepat dan sederhana adalah kepada mereka yang membutuhkan. Tentu jawaban ini tidak salah, tetapi tentu saja kalau kita memperhatikan berita-berita baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, dan pelayan-pelayan Tuhan Yesus, mereka memberi perhatian besar kepada penderitaan manusia di dalam dunia ini. Karena itulah pelayan diakonia teristimewa ditujukan kepada mereka yang menderita, tertindas, tersesat, terbelakang, yang lapar dan telanjang (Yesaya 58:6-7; Lukas 4:18-19; Matius 25:31-46)
PELAYAN DIAKONIA ADALAH TANGGUNG-JAWAB SETIAP ANGGOTA
Harus selalu diingatkan bahwa pelayan diakonia tidak boleh diserahkan kepada Majelis Jemaat atau Komisi Kesaksian dan Pelayan, tetapi setiap anggota jemaat. Karena yang disebut dengan gereja bukanlah gedungnya, juga bukan organisasinya, tetapi setiap anggota jemaat, orang-orangnya. Karena itu kita tidak boleh puas karena pelayan diakonia telah mereka kerjakan. Kita juga tidak boleh berbangga karena pelayan diakonia telah diwujudkan secara luar biasa oleh Komisi Kesaksian dan pelayanan. Tetap harus menjadi pertanyaan, apakah kita sebagai anggota jemaat telah terlibat dalam pelayanan diakonia. Hasilnya sering tidak kelihatan, tapi kita tidak boleh menunda apalagi menghentikan pelayan dikonia. Kita harus membuktikan kepada dunia ini bahwa kasih Allah didalam dan melalui Tuhan Yesus selalu mempunyai pengharapan dan tidak bergantung kepada hasil pelayanan diakonia kita.
Semoga tulisan ini tetap menjadi berkat untuk kita
sumber: Pdt. AgustinusKermite – aguskermite@yahoo.com