Pertanyaan dari Bapak Gianto:
Sifat manusia tidak pernah puas. Kalau kita mendapat banyak proyek yang menguntungkan apakah perlu kita batasi proyek-proyek yang menguntungkan itu? Tentunya akan menguras tenaga dan waktu. Terima kasih.
Jawaban untuk Bapak Gianto
Betul, sifat dan kecendrungan manusia pada umumnya tidak pernah puas. Ketidakpuasannya nyaris tak terbatas dan tak terkendali. Memang benar keuntungan merupakan salah satu bentuk berkat Tuhan yang patut kita syukuri melalui kerja keras kita. Namun, keuntungan-keuntungan dari sejumlah proyek itu tidak hanya dilihat dari segi ekonomis saja. Perlu juga dilihat dari segi etis/moral dan tanggungjawab sosial. Keuntungan yang kita peroleh demi kepuasan atau kepentingan diri sendiri bukanlah sebuah kekeliruan. Sepanjang keuntungan yang kita peroleh dari bisnis dengan cara-cara yang benar atau jujur serta hasilnya kita nikmati sendiri, tentunya hal ini sesuatu yang baik dan wajar.
Namun yang patut kita sadari sepenuhnya, bahwa keuntungan itu bukanlah menjadi tujuan segala-galanya dalam hidup ini. Melalui keuntungan itu kita meyakini bahwa Tuhan memberkati bisnis kita dan kita mau mengucap syukur kepada Tuhan, Sang Pemilik Segala Sesuatu. Jadi, Tuhan-lah yang menjadi pusat atau tujuan hidup kita. Ketika Tuhan mendapat ruang di hati dan bisnis kita, maka kita terpanggil oleh Tuhan untuk dipakai sebagai alatNya untuk menghadirkan damai sejahteraNya di dalam seluruh hidup kita. Yaitu dengan bersedia berbagi kebaikan kepada sesama yang hidupnya saat ini belum mengalami keberuntungan seperti kita. Kita terpanggil untuk mewujud-nyatakan keadilan dan kesejahteraan bagi sebanyak mungkin orang (bdk. Kej. 1:28; 2:15; Ams. 15:27; Yer. 22:13).