Renungan Mata Iman

Kebaktian

Gereja (pejabat gereja maupun anggota gereja) ada bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk dunia ini yaitu untuk menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16), tentu saja tugas panggilan ini bukan hal yang mudah karena gereja adalah manusia yang punya kecenderungan hidup sendiri dan untuk diri sendiri. Itu sebabnya pada akhir liturgi kita disampaikan berkat Tuhan yang diterima oleh gereja. Dengan itu mau dikatakan bahwa tanpa berkat Tuhan tidak mungkin kita (orang Kristen) menjadi garam dan terang dunia.

 

KEBAKTIAN ADALAH PERTEMUAN YANG ISTIMEWA ANTARA MANUSIA DAN MANUSIA

 

Pada waktu-waktu tertentu, biasanya pada hari Minggu dan hari-hari besar Kristen, orang Kristen berkumpul bersama didalam ruang tertentu dalam suatu kebaktian. Dari berbagai tempat yang tersebar, orang Kristen berkumpul bersama, dan melalui kebaktian inilah persekutuan orang percaya menjadi jelas. Tanpa kebaktian persekutuan memang telah ada (melalui iman yang sama kepada TuhanYesus) tapi belum nyata, dan melalui kebaktian, persekutuan orang percaya mewujud secara nyata. Kebiasaan untuk bersekutu ini sudah ada sejak jemaat yang mula-mula (Kisah Para Rasul 2:42), bahkan penulis surat Ibrani dalam Ibrani 10:25 menasihatkan agar kita tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, semakin kita dekat dengan hari Tuhan semakin kita giat melakukannya. Mengapa begitu? Kebaktian Minggu adalah saat-saat dimana kita merayakan hari kebangkitan Yesus yaitu hari kemenangan kita, tetapi sekaligus kebaktian Minggu adalah kesempatan khusus dimana kita dapat bertemu dan bersekutu dengan saudara seiman kita. Dengan demikian kebaktian adalah persekutuan antara manusia dan manusia. Kebaktian adalah bagian dari pelaksanaan“hukum kasih” (Matius 5:43; 22:39).

 

KEBAKTIAN ADALAH PERTEMUAN ISTIMEWA ANTARA UMAT DAN ALLAH

 

Allah berkenan hadir dalam kebaktian yang diselenggarakan oleh umatNya. Allah berkenan menjumpai umatNya. Kebaktian dengan demikian adalah pertemuan istimewa antara manusia dan Allah. Hal itu tampak dengan jelas dalam liturgi kita. Liturgi bukanlah sekedar urut-urutan acara kebaktian, tetapi liturgi itu menunjukkan Allah dan umat keduanya mengambil bagian, tepatnya “dialog antara Allah dan umat”. Misalnya pemimpin(liturgos) memimpin doa pengakuan dosa mewakili umat dan Allah (melalui pemimpin kebaktian/liturgos) menyampaikan berita pengampunan dosa/berita anugerah lalu umat mengucap syukur dan berjabat tangan satu dengan yang lain karena umat bertekad hidup dalam berdamai baik dengan Allah maupun dengan sesama. Contoh lain adalah, ketika Allah menyampaikan berkatNya, umat mengaminkannya dan siap masuk ke dalam dunia untuk melaksanakan firmanNya.

 

KEBAKTIAN DAN IMAN YANG TERUS-MENERUS DIPERBAHARUI

 

Kesadaran bahwa Allah hadir menjumpai kita dalam kebaktian seharusnya membuat kita tidak boleh asal-asalan (seperti misalnya main sellphone atau bermain-main dengan teman, khususnya kalau kita duduk di sebelah teman) mengikuti setiap kebaktian. Kebaktian juga tidak boleh sekedar menjadi kegiatan rutin kita atau kebiasaan  yang tak lagi berarti bagi kita (Mazmur 84;100;122). Untuk itu kita tidak mau tergesa-gesa apalagi terlambat datang dalam kebaktian. Kalau kita sadar bahwa presiden akan hadir dalam suatu pertemuan yang kita ikuti, tentu saja kita tidak mau terlambat hadir. Bahkan kita tidak mau datang beberapa menit sebelum kedatangan presiden, kita akan sangat awal hadir dalam pertemuan itu, nah………yang akan datang adalah Allah sendiri yang akan menjumpai kita, tentu kita akan hadir sangat awal dan hendak menjadikan pertemuan itu menjadi sesuatu yang berarti. Baik untuk juga berusaha menghayati apa itu liturgi dan urut-urutannya. GKI Kelapa Cengkir telah beberapa kali memberikan pembinaan tentang makna tiap-tiap mata liturgi. Kita lakukan itu dengan kesadaran bahwa sebagai umat Tuhan, kita sedang berdiri dihadapan Tuhan. Kalau tidak datang, kita merasa hampa bahkan rugi.

 

Kalau ini yang kita lakukan, kebaktian akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi kita. Kita akan sangat menikmati kebaktian kita dimana kita akan bersekutu dengan Tuhan dan sesama kita. Melalui kebaktian, persekutuan dengan Tuhan dan sesama akan terus menerus diperbaharui. Bahkan melalui kebaktian, iman kita akan terus menerus diperbaharui dan dikuatkan, dengan demikian kita akan diperlengkapi untuk menghadapi kehidupan sesehari sebagai orang beriman. Dan dengan demikian kita akan dimampukan menjadi garam dan terang dunia bagi sekitar kita. Semoga tulisan ini pun menjadi berkat untuk kita semua seperti tulisan-tulisan sebelumnya.

– Pdt. Em. Agustinus Kermite

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Selamat Datang di GKI Kelapa Cengkir, ada yang bisa kami bantu?