Bertemu Tuhan dan Bersaksi Bagi-Nya
(1 Samuel 3:1 – 10; Mazmur 139:1-6, 13-18; 1 Korintus 6:12-20; Yohanes 1:43–51)
Ungkapan “bertemu Tuhan” sering dimengerti sebagai keadaan yang “spektakuler”, moment khusus yang luar biasa hebat (mendapat penglihatan, atau merasa diangkat kelangit ketiga atau ketujuh maupun pengalaman gaib atau supranatural lainnya).
Banyak orang yang namanya dicatat dalam sejarah kekristenan karena karya luar biasa yang mereka lakukan, mereka bertemu Tuhan melalui pergumulan batin yang sungguh-sungguh, bersama Tuhan. Bukan melalui cara yang dahsyat, spektakuler. Interaksi mereka, pergaulan mereka yang mendalam dengan Tuhan melalui doa dan perenungan firman Tuhan, mengubah cara pandang mereka, mendorong mereka, menyemangati mereka dan menguatkan serta memimpin mereka untuk bersaksi kepada orang lain tentang kasih Tuhan, melalui cara yang berbeda-beda namun bertujuan sama yaitu menyampaikan kasih dan anugerah Allah.
Bertemunya 4 orang murid dengan Yesus, yang disampaikan dalam bacaan Injil Yohanes 1:35-41, juga melalui cara yang biasa: percakapan, dialog, ajakan untuk mengalami Yesus, pengalaman bersama Yesus. Andreas tinggal bersama Yesus, semalaman itu dan pasti terjadi percakapan yang mendalam dengan Yesus. Perjumpaan dan percakapan mendalam itu membuat Andreas sangat bersukacita dan memperkenalkan tentang Yesus kepada Simon Petrus. Begitu pula Filipus melakukan hal yang sama kepada Natanael, setelah Filipus bertemu dan bercakap-cakap dengan Yesus. Injil Yohanes seperti member latar belakang tentang bagaimana keempat orang ini akhirnya memutuskan untuk menjadi murid Yesus dan mengikut Yesus. Dalam perjalanan mengikut Yesus itulah mereka mengalami berbagai hal luar biasa yang menyatakan pertolongan dan kuasa Tuhan atas hidup manusia.
Hingga kini pun, Tuhan terus berkenan menjumpai manusia. Bertemu dengan Tuhan, bukanlah hal mustahil, bukan pula kesempatan langka. Justru setiap waktu Tuhan ingin bertemu dengan kita dan memberi kita kesukacitaan, kekuatan, kedamaian dari cinta kasih-Nya supaya kita pun membagikan hal-hal itu kepada orang lain. Jangan sampai diri kita sendiri malah yang menjadi penghalang untuk bertemu dengan Tuhan karena kita terlalu memikirkan dan mementingkan diri sendiri, yang akhirnya membuat hidup kita malah jadi susah, penuh beban, kesepian dan kesedihan.
– Pdt. M.R. Kurniadi Saragih