Menghidupi Kasih
Alkisah terdapat sebuah pulau yang berisikan berbagai macam perasaan manusia di dalamnya; di sana ada kesenangan, kesedihan, pengetahuan dan tentu saja kasih. Suatu ketika timbulah hujan besar yang membuat pulau ini mengalami bencana banjir yang sangat besar. Kasih yang membantu perasaan lain dalam menyiapkan perahu dan sebagainya, sehingga ia lupa untuk mempersiapkan perahu untuk dirinya sendiri, dan oleh karena rasa kasih yang ia punyai, ia tetap tinggal dan memastikan perasaan lain sudah selamat.
Ketika banjir sudah membanjiri sebagian besar pulau dan para penduduk harus mengungsi maka ia meminta pertolongan kepada pribadi yang lewat di depannya. Saat itu kesombongan melewati kasih, dan kasih pun meminta pertolongan kepada kesombongan, “kesombongan tolonglah bantu saya,” akan tetapi kesombongan menjawab, “maaf saya tidak bisa menolongmu, nanti perahu saya kotor.”
Setelahnya kesedihan melewati kasih, dan kasih pun meminta tolong padanya, “kesedihan bisakah kamu menolong saya?.” kesedihan pun menjawab, ”maaf kasih saya saat ini sedang sedih karena bencana ini, sehingga saya perlu menyendiri.”
Tak berselang beberapa lama kebahagiaan melewati kasih. kasih pun memanggil kebahagiaan untuk dapat menolongnya. Akan tetapi suara kasih tidak didengar oleh kebahagiaan. Hal ini karena kebahagiaan sangat bergembira karena ia bisa selamat dari bencana tersebut.
Air sudah hampir menenggelamkan kasih dan sudah tidak ada banyak waktu lagi untuk kasih bisa selamat dari bencana ini. Ia melihat dari kejauhan ada pribadi yang selalu menerimanya dan pati ia bersedia untuk menolong kasih. Ia kemudian memanggil kekayaan untuk menolongnya, “kekayaan tolonglah aku, aku sudah hampir tenggelam.” kekayaan pun menjawab, “maaf kasih, aku tidak bisa menolong mu karena perahuku sudah penuh dengan hartaku. Sudah tidak ada lagi tempat untuk mu.”
Seketika kasih pun merasa sedih dengan apa yang akan menimpa dia. Tetapi sesaat kemudia, datanglah sosok yang mengulurkan tangannya dan memberi kasih pertolongan. Saat itulah kasih merasa bersyukur pada akhirnya ada pribadi yang menolong dirinya. Setelah sampai ke tempat yang aman kasih pun bergembira sehingga ia lupa untuk menanyakan siapa nama penolon yang telah membantu dirinya.
Rasa penasaran yang ada di dalam diri kasih membuatnya bertanya-tanya, sehingga ia pun pergi menanyakan hal ini kepada pengetahuan. Ketika menceritakan kisahnya, pengetahuan memberitahukan bahwa waktu lah yang telah menolong kasih. “mengapa waktu mau menolong saya, sedangkan yang lain tidak ada yang mau ?”, tanya kasih kepada pengetahuan. Dengan kebijaksanaan yang pengetahuan punyai ia menjawab, “karena hanya waktulah yang dapat mengerti betapa besarnya kasih yang dipunyai oleh seseorang.”
Waktu menjadi hal yang berharga yang kita punyai. Terkadang kita tidak sadar telah melewati waktu-waktu yang berharga di dalam keluarga kita. Kite lebih menaruh perhatian terhadap waktu yang berfokus kepada diri kita. Seringkali kita mempunyai pembelaan bahwa kasih yang kita punyai bukan melulu jumlah waktunya, tetapi kualitas dari pertemuan tersebut. Memang ada betulnya, tetapi apakah kita sudah memberikan kualitas yang maksimal untuk keluarga kita? Gunakan waktu yang kita punyai, karena seberapa besarnya kasih yang kita punyai, waktulah yang menjawabnya.
–Pnt. Setyo Haryo Mahanduro,