Firman Allah
ALKITAB KITA ADALAH PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
Yang dimaksud dengan Firman Allah, secara sederhana adalah Alkitab Perjanjian Lama dan PerjanjianBaru. Alkitab kita memang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dimana bahasa asli Perjanjian Lama adalah bahasa Ibrani, sedangkan Perjanjian Baru adalah bahasa Yunani. Mengapa Alkitab disebut sebagai Firman Allah, jawabnya sangat sederhana, karena melalui Alkitab Allah berfirman kepada kita sekaligus menjelaskan kepada kita apa yang Allah lakukan kepada kita sehingga Ia dapat kita kenal. Akitab dengan demikian bagi kita, orang percaya, bukan buku biasa, tapi kita akui sebagai kitab suci. Alkitab sebagaimana yang kita miliki sekarang, sebenarnya terbentuk lama sekali (lebih dari 1000 tahun, mengumpulkan kitab-kitab berbahasa Ibrani, Injil-Injil dan surat-surat) yang kita kenal dengan “kanonisasi”. Perjanjian Lama 39 kitab sedang Perjanjian Baru yang terdiri dari injil-injil dan surat-surat sebanyak 27 kitab, sehingga seluruhnya 66 kitab. Sekarang telah tersedia bagi kita Alkitab dalam bahasa Indonesia bahkan telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia sehari-hari.
ALKITAB PERJANJIAN LAMA DAN ALKITAB PERJANJIAN BARU ADALAH SATU KESATUAN
Alkitab Perjanjian Lama merupakan satu ke satuan dengan Alkitab Perjanjian Baru. Apa yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama tidak akan dapat dimengerti tanpa Alkitab Perjanjian Baru, dan sebaliknya juga benar. Perjanjian Lama selalu membutuhkan Perjanjian Baru dan sebaliknya. Walaupun tentu tidak semua berita, tetapi Alkitab Perjanjian Lama dapat dikatakan berisi janji akan datangnya seorang Juru Selamat dan Alkitab Perjanjian Baru berisi penggenapan dari janji-janji itu. Itu sebabnya ada yang mengatakan bahwa inti sari berita Alkitab tidak lain adalah karya penyelamatan Allah. Rasul Paulus selanjutnya menegaskan bahwa Alkitab (tulisan yang diilham Allah) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Itu sebabnya, dengan pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menjadi dasar dan sumber pengajaran GKI Jawa-Tengah.
BAGAIMANAKAH ALKITAB DITULIS OLEH SIPENULIS
Satu hal yang penting untuk kita pahami sekalipun benar bahwa Alkitab hanya dimungkinkan oleh karya Roh Kudus (2 Petrus 1:21), penulisan Alkitab “melibatkan manusia”. Ditegaskan oleh penulis surat Petrus yang kedua bahwa tidak mungkin orang berbicara atas nama Allah atau menulis karena keinginannya sendiri, melainkan dorongan Roh Kudus, tetapi Alkitab bukan terjadi karena Allah membisikkan atau mendiktekan FirmanNya. Allah juga melibatkan manusia bukan dengan cara seperti pada mesin ketik tangan (manusia) sudah berada pada papan tut dan Roh Kuduslah yang mengarahkan dan menekan kehuruf apa. Roh Kudus memang penting dalam penulisan Alkitab tetapi Allah mengikut-sertakan manusia secara penuh. Karena itu pikiran dan latar belakang si penulis sangat penting di dalam menafsirkan Alkitab. Itu sebabnya Alkitab tidak dengan sendirinya dapat dimengerti, harus ada upaya untuk memahaminya. Bisa melalui mendengar khotbah, melakukan saat teduh dengan buku bantuan, melakukan pemahaman Alkitab secara pribadi (dengan menggunakan buku-buku tafsir) maupun dengan ikut serta dalam kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab. Karena Itu datang dan menghadiri kebaktian serta kelompok Pemahaman Alkitab sangat perlu bagi mereka yang ingin memahami berita Alkitab (bandingkan dengan Ibrani 10:25).
YESUS KRISTUS ADALAH FIRMAN ALLAH YANG HIDUP
Selanjutnya di dalam injil Yohanes, yaitu Yohanes 1:14 dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Firman Yang Hidup. Kalau pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam berbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi (pada zaman Perjanjian Lama), maka pada zaman akhir ini (zaman Perjanjian Baru) Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya (Yesus Kristus), yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta (Ibrani 1:1-2, bandingkan dengan Yohanes 1:3).
Akhirnya, yang menjadi tanggung-jawab kita adalah dengan rendah hati merenungkan dan terbuka untuk dikoreksi oleh Firman Allah itu, agar kehidupan sehari-hari kita dipimpin bahkan menjadi serupa dengan Firman Allah. Hidup yang semacam itu adalah hidup yang menjadi berkat bagi sesama. Biarlah bagian ini pun juga menjadi berkat untuk anda sekalian.